ChanelMuslim.com – Fatimah binti Asad memiliki peranan yang sangat berarti bagi rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Sepeninggalan kakeknya, Abdul Muthalib, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Abdul Muthalib sebelum meninggal pernah berwasiat kepada anaknya, Abu Thalib supaya merawat Muhammad dengan baik. Ia menujukkan dari Abu Thalib dibanding anaknya yang lainnya karena Abdullah, ayah Nabi, dan Abu Thalib adalah saudara seayah dan seibu.
Abu Thalib juga memiliki istri yang sangat penyayang dan perhatian, itulah Fatimah bin Asad. Ia bisa menyayangi Nabi Muhammad melebihi anak kandungnya sendiri.
Baca Juga: Kasih Sayang Ummu Aiman, Ibu Angkat Rasulullah Saw
Betapa Berartinya Fatimah binti Asad di Hati Rasulullah Saw
Fatimah merawat Nabi Saw sejak menjadi yatim piatu hingga menjadi pemuda dan menikah dengan Khadijah. Rasulullah pernah bersabdah: “Aku dan pengurus anak yatim di surga seperti ini, beliau menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya serta merenggangkan kedua jari itu.”
Lantas bagaimana dengan seorang wanita yang mengurus anak yatim paling mulia dan agung ini, yang tidak lain adalah Nabi Muhammad. Beliau adalah seseorang Nabi sekaligus mengangkat derajat semua anak yatim.
Sangat mulia bukan kedudukan Fatiman binti Asad ini?
Saat Muhammad diutus menjadi Nabi, Fatimah termasuk orang yang tanpa ragu mengikuti seruan Rasulullah. Ia mengucapkan syahadat meskipun suaminya sendiri enggan untuk masuk Islam. Seluruh anaknya turut masuk Islam, termasuk Ali bin Abi Thalib.
Posisi Fatimah yang menggantikan posisi seorang ibu bagi Nabi Muhammad, menjadikan Nabi Saw melakukan tindakan yang tidak pernah dilihat oleh para sahabatnya ketika wafatnya Fatimah.
Anas bin Malik bercerita, “Ketika Fatimah binti Asad bin Hasyim wafat, Rasulullah masuk ke tempat istirahatnya, ia duduk di sebelah kepalanya dan berkata:
“Bu, Allah merahmati ibu. Ibu adalah ibu keduaku. Ibu rela lapar untuk membuatku kenyang. Ibu rela berpakaian lusuh demi untuk mencarikanku pakaian yang layak. Ibu rela mengonsumsi makanan yang tidak enak demi memberiku makanan yang enak. Semua itu Ibu lakukan untuk mencari ridha Allah dan kenikmatan di akhirat.”
Setelah itu, beliau menyuruh agar jenazah Fatimah dimandikan tiga kali. Ketika tiba giliran dimandikan dengan air yang bercampur kamper (kapur barus), beliau menyiramnya sendiri. Lalu, beliau melepas gamisnya dan memakaikannya kepada Fatimah binti Asad, dan mengafaninya dengan burdah beliau.
Setelah itu beliau memanggil Usamah bin Zaid, Abu Ayyub Al-Anshari, Umar bin Khattab dan seorang pemuda berkulit hitam untuk menggali kuburan.
Mereka pun menggali kuburan. Ketika sudah sampai batas lahatnya, beliau yang meneruskan menggali dengan tangannya, dan mengeluarkan tanah dengan tangannya.
Selesai menggali, beliau masuk liang lahat lalu rebahan di dalam kuburan itu, dan berkata, “ya Allah yang menghidupkan dan mematikan, Yang Hidup dan tidak akan mati, ampunilah ibuku, Fatimah binti Asad. Mudahkan jawabannya. Luaskanlah tempat masuknya, melalui Nabimu dan Para Nabi sebelumku. Engkaulah yang Maha Pengasih.”
Beliau bertakbir untuknya empat kali , lalu dibantu Abbas (paman beliau) dan Abu Bakar memasukkannya ke liang lahat.
Ketika beliau menimbunnya dengan tanah, sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, belum pernah engkau melakukan seperti ini.”
Sejarawan Samhudi menyebutkan bahwa Nabi tidak masuk ke liang lahat kecuali dalam lima kubur: tiga perempuan dan dua laki-laki.
Diantaranya adalah kuburan Khadijah r.a. di Mekkah, dan empat lagi di Madinah, kuburan putra khadijah yang diasuh oleh Rasulullah, kuburan Abdullah Al-Muzani, kuburan Ummu Ruman (Ibunya Aisyah r.a.) dab kuburan Fatimah binti Asad r.a.
Begitu berartinya Fatimah binti Asad di hati Rasulullah hingga ia mengurusi jenazahnya dari awal hingga akhir. [Ln]