ChanelMuslim.com- Suami istri itu saling menyeimbangkan. Inputnya baik, outputnya juga akan baik. Jangan berharap output baik kalau inputnya kata-kata yang menyakitkan.
Interaksi suami istri selalu akan membuahkan hasil. Ada sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ada ketenangan, cinta, dan kasih sayang.
Hasil berupa samawa itu bisa dibilang yang jangka panjang. Yang jangka pendeknya juga banyak. Antara lain, semangat untuk bekerja, semangat untuk berkreasi di rumah seperti olahan di dapur, semangat ibadah. Dan lainnya.
Namun dari semua interaksi itu, ada sejumlah ucapan pantangan yang baiknya dihindari. Karena ucapan atau kata-kata ini bisa merusak keharmonisan. Antara lain.
Perbandingan Gaji
Suami mana yang tidak ingin gajinya besar. Pasti, semua suami ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga. Tapi, tidak semua keinginan selalu sejalan dengan kenyataan.
Sementara di pihak lain, istri mana yang tidak ingin penghasilan suaminya besar. Karena dengan penghasilan besar, segala keperluan rumah tangga bisa dikelola dengan baik.
Masalahnya, kadang dua titik itu tidak bertemu di sebuah realita. Keluhan dari pihak istri pun tak terhindari. Boleh jadi hal ini wajar. Karena para istrilah yang face to face dengan pengeluaran riil. Kalau kurang, ya, wajar saja bisa bikin pusing.
Di saat-saat seperti itulah, kadang ada studi banding alami dari pihak istri. Ada suami temannya yang hanya lulusan SMA, tapi penghasilannya sekian. Sementara suaminya yang S2, gajinya tak sampai separuh temannya itu.
Kalau ini disampaikan atau terucap secara spontan, akan ada rasa lain yang dialami suami. Ia seperti mengalami pukulan telak dari orang dekatnya.
Membandingkan hal itu bukan menjadikan suami lebih semangat untuk berjuang. Sebaliknya, ia akan menyesali nasib. Hal ini karena ia meyakini bahwa sudah berusaha maksimal.
Penyesalan seperti itu seperti menghasilkan kemarahan tersembunyi dalam hati sang suami. Tapi, ia tidak tahu mau marah dengan siapa. Kenapa modal yang lebih besar tapi menghasilkan yang lebih kecil.
Kemarahan tersembunyi ini boleh jadi bisa meledak sewaktu-waktu. Atau setidaknya, ia akan menjadikan pihak istri sebagai sosok yang akhirnya juga disalahkan, meskipun tak terungkapkan dengan jelas. Di situlah problem keharmonisan mulai terasa.
Boleh jadi ada rasa minder yang pelan muncul tapi terus membesar. Soal ini juga akan berpengaruh pada keharmonisan. Karena suami yang merasa tidak mampu membanggakan sesuatu ke istri akan sulit mengekspresikan cintanya.
Pertanyaannya, jadi gimana membangkitkan suami agar bisa berpenghasilan lebih besar? Karena mendiamkan keadaan saat ini boleh jadi tidak menyelesaikan masalah.
Jawabannya, boleh jadi apa yang dipikirkan istri juga sudah dipikirkan suami. Masalahnya, dua pikiran itu tidak pernah dipertemukan untuk menghasilkan solusi.
Jadi, bukan sindiran yang dimunculkan. Tapi, pertanyaan stimulus yang bisa menghasilkan diskusi yang produktif. Bukan dengan saling menggugat, apalagi menyalahkan.
Percayalah bahwa perubahan lebih baik itu insya Allah ada jalannya. Jadilah suami istri sebagai team work. Saling memberikan masukan, dan saling memberikan dukungan untuk langkah yang lebih baik. [Mh]