ChanelMuslim.com- Serikat Tani Islam Indonesia (STII) mengadakan rapat kerja terkait program yang akan dilaksanakan di tahun 2022. Rapat kerja ini mengangkat tema “STII Hadir untuk Petani” yang berlangsung pada tanggal (11/12/2021).
Dalam konferensi pers ketua umum, H. Fathurrahman Mahfudz, BIRK mengungkapkan bahwa STII akan memastikan kelembagaan yang memastikan ketahanan pangan petani tercukupi.
“intinya kita akan menata kembali program yang akan kita lakukan. Dimana di masa pandemi ini cukup menguras tenaga hampir semua sektor terkan imbasnya, tak terkecuali sektor pertanian. Sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor perekonomian yang bertahan kuat di tengah pandemi,” ujar H. Fathurrahman Mahfudz kepada ChanelMuslim.com.
Baca Juga : Sawah Lukis Binjai, Bukti Indonesia Masih Tanah Pertanian
Ia mengatakan bahwa persoalan pangan memang menjadi isu yang selalu menggelinding setiap pemerintahan yang berkuasa. Seperti persoalan impor, hingga narasi ketahanan pangan seolah saling bergantian.
“Persoalan petani ini kompleks, kalau kita datang ke petani misalnya, biasanya itu tidak hanya satu persoalan, dari mulai pupuk, benih sampai masalah pendampingan dan pembiayaan dan seterusnya. Ini yang menjadi masalah kedaulatan pangan, bahwa kebutuhan rakyat harus dipenuhi oleh negara, disinilah tujuan STII untuk membantu petani agar mempertahankan ketahanan pangan,” tambahnya.
Sedangkan dalam sisi subsidi output, upaya STII pada tahun 2022 akan menerbitkan kegiatan kerja masif dari sisi konsilidasi internal, minimal dari setiap provinsi ada lima kabupaten kota yang ikut dalam kepengurusan.
Dalam hal ini Fathurrahman Mahfudz juga meyakini bahwa petani akan sukses apabila dilakukan secara korporasi. Korporasi itu bisa dwujudkan dengan dua hal, yaitu dengan membentuk lembaga perusahaan dan koperasi.
Baca Juga : Menggenjot Bisnis Pertanian Ala Narji
Salah satu upaya lainnya untuk mensejahterakan para petani, STII sudah bekerjasama dengan berbagai flatfrom digital pertanian untuk mencari tahu informasi seputar pertanian hingga membeli peralatan penunjang dan kebutuhan lainnya.
“Kita melakukan pendekatan pertanian secara kooperatif, maka kita mengajak seluruh anak milennial untuk bersama-sama bergabung membantu petani, semua yang dibutuhkan oleh petani kita bantu,” pungkasnya. [wmh]