Apakah ketika saat itu datang, keimanan kita sudah dalam kemantapan yang luar biasa? Siap, seperti kondisi keimanan orang-orang yang sangat merindukan pertemuan agung dengan Rabb-nya?
Hari-hari di dunia yang seperti permainan ini, kita peserta kehidupan yang masih susah payah untuk istiqamah, berusaha konsisten dalam capaian amal shaleh dengan maksimal juga tidak mudah.
Dan kondisi ujungnya seperti apa? Kita tidak tahu. Apakah kita sedang sujud merendahkan diri kita di hadapan Allah ataukah sedang lupa kepada Allah? Sedang berbuat baikkah atau sedang bermaksiatkah? Sedang tenangkah atau sedang sempit dada kita karena sulit memaafkan orang?
Baca juga: Siapa yang Lebih Utama?
Bagaimana cara menyelamatkan nasib hidup kita di dunia? Apa yang harus kita siapkan? Seni menjemput kematian. Membuat Road Map Master Plan hidup kita. Semoga menjadi ikhtiar yang bisa dilakukan.
Bayangkan… ketika arwah kita menyaksikan, saat kita sudah dimandikan dan dikafani. Lalu siap dimasukkan ke liang lahat. Ketika khutbah pengantar jenazah itu mengatakan apakah si fulan ini min ahlil khair?
Rangkaian kata-kata apa yang paling jujur terucap dari orang-orang terdekat, orang-orang yang sering bergaul dengan kita, semua yang pernah mengenal kita. Pasangan, anak-anak kita, orangtua, mertua, tetangga, orang-orang yang akan melepas kita?
Apakah mereka kehilangan kita karena kebaikan yg pernah kita tanam? Atau apakah orangtua tidak pernah menyesal dititipi anak seperti kita? Apakah mereka bersyukur pernah megenal kita? Seperti apakah kesan kebersamaan kita dengan mereka?
Misi kita lahir ini akan berakhir seperti apa?