ChanelMuslim.com – Abu Dzar, muballigh ulung itu kembali menemui keluarga serta kaumnya dan menceritakan kepada mereka tentang Nabi yang baru diutus Allah, yang menyeru agar mengabdi kepada Allah Yang Maha Esa dan membimbing mereka supaya berakhlak mulia.
Seorang demi seorang kaumnya masuk Islam. Bahkan usahanya tidak terbatas pada kaumnya semata, tapi dilanjutkannya pada suku lain, yaitu suku Aslma. Di tengah-tengah mereka ia pancarkan cahaya Islam.
Baca Juga: Kegigihan Abu Dzar Melawan Kebathilan
Abu Dzar, Muballigh Ulung yang Berjiwa Bebas
Hari-hari berlalu mengikuti peredaran masa, Rasulullah telah hijrah ke Madinah dan menetap di sana bersama Kaum Muslimin. Pada suatu hari, satu barisan panjang yang terdiri atas para pengendara dan pejalan kaki menuju pinggiran kota, meninggalkan kepulan debu di belakang mereka.
Kalau bukanlah bunyi suara takbir mereka yang gemuruh, tentulah yang melihat akan menyangka mereka itu suatu pasukan tentara musyrik yang hendak menyerang kota.
Rombongan besar itu semakin dekat, lalu masuk ke dalam kota dan menunjukkan langkah mereka ke masjid Rasulullah dan tempat kediamannya.
Ternyata rombongan itu tiada lain dari kabilah-kabilalah Ghifar dan Aslam yang dikerahkan semuanya oleh Abu Dzar dan tanpa kecuali telah masuk Islam, laki-laki, perempuan, orang tua, remaja dan anak-anak.
Sudah selayaknyalah Rasulullah semakin ta’jub dan kagum! Belum lama berselang, ia ta’jub pada seseorang laki-laki dari Ghifar yang menyatakan keislaman di hadapannya.
Sabdahnya menunjukkan keta’juban itu:
“Sungguh, Allah memberi hidayah kepada siapa yang di kehendaki-Nya.”
Maka sekarang yang datang ia adalah seluruh warga Ghifar yang menyatakan keislaman mereka. Telah beberapa tahun lamanya mereka menganut Agama itu, semenjak mereka diberi hidayah Allah di tangan Abu Dzar.
Dan ikut pula bersama mereka suka Aslam. Raksasa garong dan komplotan syetan telah beralih rupa menjadi raksasa kebajikan dan pendukung kebenaran. Nah, tidakkah sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya?
Rasulullah melayangkan pandangannya kepada wajah-wajah yang berseri-seri, pandangan yang diliputi rasa haru dan cinta kasih. Sambil menoleh kepada suku Ghifar, ia bersabda:
“Suku Ghifar telah di Ghafar (diampun) oleh Allah.”
Kemudia sambil menghadap kepada suku Aslam, sabdahna pula:
“Suku Aslam telah disalam, diterima dengan damai, oleh Allah.”
Dan mengenai Abu Dzar, muballigh ulung yang berjiwa bebas dan bercita-cita mulia itu. Tidakkah Rasulullah akan menyampaikan ucapan istimewah kepadanya? Tidak pelak lagi, pastilah ganjarannya tidak terhingga, serta ucapan kepadanya dipenuhi berkah!.
Dan tentulah pada dadanya akan tersemat dipenuhi berkah! Dan tentulah pada dadanya akan tersemat bintang tertinggi, begitu pun riwayat hidupnya akan penuh dengan medali
Turunan demi turunan serta generasi demi generasi akan berlalu pergi. Tetapi manusia akan selalu mengulang-ulang apa yang disabdahkan oleh Rasulullah saw. mengenai Abu Dzar ini:
“Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar.” [Ln]