ChanelMuslim.com – Beberapa waktu silam beredar sebuah cuitan di media sosial terkait surah yasin ayat 40. Dalam cuitan tersebut ayat ini dikaitkan dengan takdir jodoh. Berikut isinya:
“Aku dan kamu bagaikan surah yasin ayat 40:
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Kelakuan warganet memang kadang menimbulkan gelak tawa. Mungkin si pembuat cuitan ini saat tadabbur surah yasin ayat 40 sedang patah hati lantaran cintanya tak terbalas.
Baca Juga: Mengenal Gerhana Matahari Cincin, Waktu dan Penyebab Terjadinya
Aku dan Kamu Bagaikan Surah Yasin Ayat 40?
Terlepas dari segala spekulasi kelakuan warganet di atas, mari kita tengok makna surah yasin ayat 40 yang sesungguhnya:
لَا ٱلشَّمْسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدْرِكَ ٱلْقَمَرَ وَلَا ٱلَّيْلُ سَابِقُ ٱلنَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah yang menciptakan malam dan siang beserta gelap dan terangnya. Dan keduanya saling mengikuti, bagaikan roda yang berputar, yang saling mengikuti tanpa adanya jedah diantara keduanya.
Dan malam tidak mungkin mendahului siang, karena otoritas bulan ada pada malam, dan otoritas matahari hanya pada siang hari.
Dalam tafsir al-Misbah disebutkan bahwa ayat-ayat suci ini mengisyaratkan suatu fakta ilmiah yang baru ditemukan oleh para astronom di awal abad ke-17 M.
Sebagai salah satu bintang, matahari sebagaimana halnya bintang-bintang lainnya memiliki gerak edarnya sendiri.
Keistimewaan yang ada pada matahari adalah, pertama, posisinya sebagai bintang yang dekat dengan bumi. Kedua, ia memiliki sekumpulan planet yang, karena gaya tarik gravitasi matahari, bergerak mengelilingi matahari dalam bentuk oval.
Singkatnya, baik matahari, bumi, bulan dan seluruh planet serta benda-benda langit lainnya bergerak di ruang angkasa luar dengan kecepatan dan arah tertentu.
Di sisi lain, matahari dengan tata suryanya berada dalam suatu nebula besar yang disebut dengan Bimasakti.
Dalam penemuan modern, dijelaskan bahwa seluruh planet yang berada di Bimasakti itu beredar mengelilingi satu pusat dengan kecepatan yang sesuai dengan kedekatan atau kejauhannya ke pusat.
Karenanya, matahari tidak dapat mendahului bulan, keduanya beredar dalam suatu gerak linier yang tidak mungkin dapat bertemu.
Kata yanbaghi (يَنْبَغِيْ) mulanya bemakna “meminta sesuatu lalu memperolehnya”, proses ini kemudian melahirkan makna baru, yaitu “mampu”. Sehingga konteks ayat ini bisa dimaknai dengan ketidak mampuan bulan dan matahari untuk saling mendahului.
Wahbah az-Zuhaili mengibaratkan tata surya dengan lautan. Matahari, Bulan, dan Bumi sedang berenang didalamnya. Dalam ayat ini يَسْبَحُوْن (yasbahun) yang diartikan beredar memiliki makna asli berenang.
Beliau juga mengatakan bahwa dalam 1 tahun Matahari berotasi pada teritorinya (mengitari bumi) sekitar jarak tempuh 93 juta mil.
Sedangkan Bulan beredar mengelilingi bumi setiap bulannya terhitung 240 ribu mil, adapun Bumi beredar mengelilingi Matahari, satu putaran terhitung sama dengan 1 tahun (365 hari).
Nah, dengan demikian ayat ini berfokus pada kuasa Allah atas ciptaan-Nya yang sangat teratur. Jadi tidak ada kaitannya ya dengan kisah cintamu yang tak mungkin bersatu 🙂 [Ln]