BABY blues, istilah ini mungkin sudah sering kita dengar. Seperti apa dan bagaimana ciri-cirinya? Apa sebenarnya baby blues?
Yaitu perasaan yang dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan kemudian mengalami kecewa, lelah berlebihan, rasa bersalah dan khawatir tidak bisa menjadi ibu yang baik.
Perasaan dan rasa kewalahan ini menjadikan ibu merasa terbebani dan memicu terjadinya baby blues.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Menurut Fonda Kuswandi S.Psi, seorang praktisi Hypno Birthing, setelah melahirkan, hormon-hormon kehamilan pada seorang ibu akan menurun drastis.
Lalu, digantikan dengan keluarnya hormon-hormon untuk menyusui. Perubahan yang drastis inilah yang akan memunculkan perasaan tidak nyaman pada seorang ibu. Muncullah perasaan-perasaan negatif di atas.
Kelelahan berlebihan karena mempunyai bayi baru, siklus hidup yang tiba-tiba berubah, dan lain-lain.
Ibu akan mudah marah, mudah sedih, mudah tersinggung.
Sebab lain dari baby blues adalah dari sisi psikologis ibu. Ibu belum siap secara mental merawat bayi. Bagaimana merawat bayi sendiri, menyusui, memandikan, merawat rumah.
Kemudian menimbulkan tekanan psikis bagi ibu. Yang menyebabkan kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, sensitif, mudah tersinggung, mudah marah, dan lain-lain.
Baca Juga: Mengenal Baby Blues, Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi
Mengenal Baby Blues dan Cara Mengatasinya
Bagaimana ciri-ciri seorang ibu terkena sindrom ini? Berikut cirinya:
Bila seorang ibu merasakan kelelahan luar biasa, kurang istirahat, tidak bisa tidur bahkan insomnia, konsentrasi menurun.
Hal itu karena usia melahirkan ibu sehari-hari hanya mengurus dan merawat bayi. Tak ada yang membantu dan sendirian.
Bayi menangis tiada henti, sudah berbagai cara dilakukan tapi bayi tak kunjung diam sehingga ibu kesal dan marah kepada bayi.
Ibu lebih sensitif, mudah marah dan tersinggung.
Setelah habis melahirkan, ketika melihat bayi menangis atau muntah, ibu malah memarahi bayi bahkan membentaknya. Jadi tidak sabaran dan mudah terpancing emosi.
Ketika di RS, ibu banyak mendapat banyak perhatian keluarga. Sampai di rumah, kondisinya berbalik 180 derajat. Ibu sendiri, mengurus bayi sendiri. Tanpa dukungan siapa pun.
Belum kalau ada kesulitan ASI tidak keluar, perawatan pusar bayi, bayi BAB dan BAK tiada henti. Cucian menggunung. Semua menambah tekanan tersendiri pada ibu dan memicu baby blues.
Merasa terasing dan bersalah.
Ibu yang baru melahirkan dalam bayangannya akan mendapat saat menyenangkan bersama bayinya.
Ternyata bayangan itu berubah menjadi bentuk aneka kerepotan. Ibu harus memenuhi kebutuhan bayi, ibu sendiri, suami, rumah sehingga ibu merasa terasing.
Belum kalau mertua ikut campur berkomentar terhadap perawatan bayi. Dikomentari tidak terampil merawat bayi. Maka membuat ibu merasa bersalah dan terasing sehingga mengakibatkan baby blues.
Biasanya baby blues akan teratasi setelah beberapa waktu. Perasaan tersebut akan hilang.
Ibu bisa mengatasi perasaan sensitifnya dengan curhat dengan orang lain bagaimana mengatasinya.
Ia juga bisa mengatur jadwal lagi dengan baik untuk bisa beradapdasi dengan ritme kehidupan yang berubah.
Bisa juga mengatasinya dengan dukungan suami dan keluarga besarnya. Mana yang bisa dibantu aktivitasnya. Misalnya merawat rumah, mencuci, menyetrika, memasak bisa didelegasikan pada ART.
Ibu pun bisa fokus pada merawat anak sehingga bisa menghindari baby blues.[ind]