Chanelmuslim.com – Deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan dengan Sadari alias periksa payudara sendiri atau mammografi. Nah, ada pula cara lain yang bisa dilakukan yakni dengan Sadanis. Apa itu?
Sadanis atau periksa payudara klinis adalah pemeriksaan pada payudara oleh tenaga kesehatan (nakes) terlatih. Sadanis akan dilakukan sebelum wanita melakukan Inspeksi Vagina dengan Asam aseta (IVA) untuk deteksi dini kanker leher rahim. Demikian disampaikan Kasubdit Pengendalian Penyakit Kanker Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI dr Niken Palupi, MKM.
“Sebelum periksa IVA, bidan atau dokter akan melakukan Sadanis. Jadi pasien diperiksa dulu payudaranya, diraba untuk dilihat apakah ada benjolan atau apa,” kata dr Niken dalam Forum Diskusi ‘Mari Bersama Kalahkan Kanker Payudara’ di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2016).
Memang, lanjut dr Niken, idealnya deteksi dini kanker payudara dengan mammografi. Namun, layaknya Sadari, dengan Sadanis, jika ada benjolan di payudara maka bisa ditindaklanjuti, dokter atau bidan akan merujuk pasien.
Karena dilakukan berbarengan dengan IVA, maka Sadanis umumnya dilakukan setahun sekali. dr Niken mengatakan, misalkan wanita melakukan IVA, maka nakes akan menanyakan apakah sudah melakukan Sadari dan pasien juga akan diajari untuk melakukan Sadari.
“Jadi tetap Sadari juga dilakukan sebulan sekali,” ujar dr Niken.
Ia menambahkan, sampai saat ini, untuk pelaksanaan IVA dan sadanis sudah ada pelatihan di 34 provinsi di 379 kabupaten/kota. Puskesmas yang memiliki nakes terlatih untuk melakukan IVA atau Sadanis sebanyak 3.265 atau 30 persen dari seluruh Puskesmas di Indonesia. Sementara, jumlah bidan yang terlatih 5.379 orang sedangkan dan dokter sekitar 2.000 orang.
“Skrining IVA dan Sadanis sampai Juli 2016 sudah dilakukan sekitar 1.480.466 orang. Nah, di tahun 2015, persentasi perempuan usia 30-50 yang deteksi dini kanker serviks dan payudara baru 3,4 dan kita targetkan di 2019 bisa mencapai 50 persen. Kesadaran untuk deteksi dini memang masih kurang karena berbagai faktor termasuk malu dan merasa nggak apa-apa karena nggak ada gejala, padahal deteksi dini penting,” papar dr Niken.(ind/dethealth)