Chanelmuslim.com – Pertolongan pertama tidak hanya bisa dibutuhkan oleh orang yang alami kecelakaan saja tetapi juga mereka dengan masalah kesehatan jiwa. Tujuannya tentu agar sang pasien bisa ditangani dengan lebih cepat sehingga kondisinya tidak makin parah. Lalu, bagaimana berinteraksi dengan penderita gangguan jiwa?
Hanya saja untuk pertolongan pertama masalah kesehatan jiwa masyarakat mungkin belum mengenalnya secara luas. Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dr Eka Viora, SpKJ, mengatakan padahal semua orang membutuhkannya.
Masalah gangguan jiwa berat seperti depresi, bipolar, atau skizofrenia misalnya dimulai dari gangguan yang ringan namun tidak tertangani. Karena takut stigma, seseorang enggan mencari bantuan malah lebih memilih memendam masalah.
“Bantuan psikologis pertama tidak hanya dilakukan oleh profesional orang-orang awam juga bisa kita latih. Polisi bisa kita latih, pemadam bisa kita latih, satpam bisa kita latih,” kata dr Eka ditemui pada konferensi pers Pekan Proyeksi Jiwa, Unika Atma Jaya, Jakarta, Selasa (11/10/2016).
“Pada kasus bullying, nah itu teman-teman sebaya harus punya kemampuan itu. Sama guru juga harus punya pengetahuan. Siapapun sebetulnya harus punya kemampuan untuk hal ini,” lanjut dr Eka.
Seperti apa sebetulnya pertolongan pertama masalah kejiwaan? dr Eka menjelaskan pada intinya merujuk pada cara berinteraksi yang dianjurkan ke orang-orang dengan tekanan mental.
Sebagai contoh, jangan terlalu banyak bertanya menggali informasi pribadi dan menghakimi. Tunjukkan empati dan hargai martabatnya.
“Ilmunya nggak susah-susah amat. Lebih ke hal yang boleh dilakukan atau tidak. Bagaimana ngomong terhadap seseorang yang bisa berdampak pada kondisi mentalnya,” kata dr Eka.
Bila seseorang ingin belajar hal ini lebih jauh dr Eka mengatakan maka bisa datang ke unit-unit pelayanan psikologi. Dengan demikian ketika ada kerabat atau teman yang butuh dukungan seorang individu bisa memberikan bantuan lebih baik.
“Kalau didampingi bantuan psychological first aid yang pulih akan banyak. Selebihnya, tergantung individu, kemampuan mengatasi stresnya seperti apa,” tutup dr Eka.(ind/dethealth)