MEMBICARAKAN tentang topik menstruasi kepada anak perempuan menjadi satu tahapan penting bagi seorang ibu. Psikolog dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani membagikan tips berkomunikasi dengan anak perempuan mengenai hal ini.
Sebelum memasuki masa menarke atau menstruasi atau haid kali pertama adalah saat tepat bagi ibu untuk memulai berkomunikasi dengan anak perempuan tentang haid.
Mulailah dari sejumlah pertanyaan yang umum ditanyakan anak-anak mengenai haid seperti apa perbedaan pembalut bersayap dan tidak, cara penggunannya, lalu kapan perempuan haid dan berhenti dan apa itu haid.
Bunda juga bisa membahas masalah perubahan fisik seperti payudara akan membesar, soal pinggul, perubahan suasana hati sebelum dan sesudah menstruasi.
Kemudian, bila anak sudah memasuki masa haid, Bunda bisa membahas soal perlunya sesekali bawa pembalut cadangan dan hal yang perlu dilakukan saat bocor.
Lalu, cara mencatat masa haid dan alasannya mengapa penting, bagaimana menjaga kebersihan ekstra saat menstruasi hingga soal keputihan.
Menurut psikolog yang kerap disapa Nina itu, Bunda sebelumnya perlu membekali diri dengan informasi dan pemahaman yang tepat soal haid.
“Bekali diri (juga) dengan cara komunikasinya. Biasanya saya menyarankan coba mengobrolnya pas lagi santai, kita bisa tanya jawab dan sebagainya,” kata Nina dalam sebuah acara daring mengenai kesehatan reproduksi, dikutip dari Antaranews, Jumat (17/9).
Baca Juga: Mengenal Amenore, Kondisi ketika Wanita Tidak Mengalami Siklus Menstruasi Normal
Bicara Menstruasi kepada Anak Perempuan Bukan Hal Tabu
Dia mengatakan, berbicara menstruasi pada remaja perempuan bukan hal tabu, melainkan penting karena menyangkut kesehatan reproduksi.
Lakukan pembicaraan secara bertahap dan mulailah saat anak tampak mengalami tanda-tanda awal pubertas, misalnya kala dia bertambah tinggi atau payudaranya membesar.
“Tentunya menyesuaikan pembicaraan dengan usia anak,” kata Nina.
Ibu juga perlu bersikap positif. Bagi remaja, isu-isu pubertas termasuk menstruasi bisa menjadi hal sensitif, sehingga terkadang anak marah duluan sebelum pembicaraan dimulai.
Kemudian, ketimbang menasihati, lebih baik banyak bertanya dan mendengarkan jawaban. Saat anak mengajukan pertanyaan yang tak bisa ibu jawab, tak perlu panik.
Bilang saja, ibu butuh waktu berpikir. Setelahnya, segeralah mencari informasi lalu berbicara kembali pada anak.
Saat menjelaskan, usahakan tidak menggunakan kalimat yang sulit dipahami anak dan tidak konkret. Gambar anatomi tubuh yang sederhana, salah satu media yang bisa ibu manfaat.
“Kita juga bisa jelaskan dengan pembalutnya, betul-betul dibuka di depan anak. Jelaskan cara menggunakannya di celana seperti gimana, cara membuangnya,” tutur Nina.
Terakhir, tak hanya pada anak perempuan, ibu juga bisa menjelaskan topik menstruasi pada anak lelaki.
Tujuannya, agar mereka bisa lebih menghargai dan memahami perempuan. Jangan sampai anak lelaki justru mengejek atau mempermalukan anak perempuan yang sedang menstruasi.
“Kita harapkan anak laki-laki bisa membantu jika dibutuhkan. Contoh bantuannya, kalau anak perempuan bocor, dia bisa membantu menutupi.
“Atau misalnya kalau ada teman perempuan yang sedang lesu karena menstruasi, dia bisa membantu membawakan minuman hangat. Yang pasti penting juga kita menjelaskan pada anak laki-laki kita,” demikian saran Nina.[ind]