ChanelMuslim.com – Kisah keislaman Sa’id bin Amir berlanjut ketika dirinya memilih memproklamirkan kebebasannya dari dosa-dosa orang Quraisy, berhala-berhala, dan sembahan lainnya. Setelah itu, Sa’id hijrah ke Madinah dan mengabdikan diri kepada Rasulullah
Baca Juga: Kisah Keislaman Sa’id bin Amir (1)
Kisah Sa’id bin Amir yang Mengikuti Banyak Peperangan
Dilansir channel telegram KisahIslami yang mengambil sumber alsofwah.com, ia ikut serta dalam perang Khaibar dan peperangan-peperangan setelahnya.
Ketika Nabi yang mulia dipanggil menghadap Tuhannya, -saat itu beliau sudah meridhainya- ia mengabdikan diri dengan pedang terhunus di zaman dua khalifah Abu Bakar dan Umar, dan hidup bagaikan contoh satu-satunya bagi Muslim yang membeli akhirat dengan dunia.
Ia mementingkan keridhaan Allah dan pahala-Nya atas segala keinginan hawa nafsu dan syahwat badannya.
Kedua khalifah Rasulullah telah mengetahui tentang kejujuran dan ketakwaan Sa’id bin Amir, keduanya mendengar nasihat-nasihatnya dan memperhatikan pendapatnya.
Baca Juga: Sa’id bin Amir, Gubernur Hims yang Miskin
Nasihat untuk Umar
Pada awal kekhilafahan Umar, Sa’id menemuinya dan berkata, “Wahai Umar, aku berwasiat kepadamu, agar kamu takut kepada Allah dalam urusan manusia, dan janganlah kamu takut kepada manusia dalam urusan Allah.
Janganlah ucapanmu bertentangan dengan perbuatanmu, karena sesungguhnya ucapan yang paling baik adalah yang sesuai dengan perbuatan.
Wahai Umar, hadapkanlah wajahmu untuk orang yang Allah serahkan urusannya kepadamu, baik orang-orang muslim yang jauh atau yang dekat.
Cintailah mereka sebagaimana kamu mencintai dirimu dan keluargamu, dan bencilah untuk mereka sesuatu yang kamu benci bagi dirimu dan keluargamu, dan tundukkanlah beban menjadi kebenaran dan janganlah kamu takut celaan orang yang mencela dalam urusan Allah.”
Umar pun berkata, “Siapakah yang mampu menjalankan itu wahai Sa’id?”
Ia menjawab, “Orang laki-laki sepertimu mampu melakukannya, yaitu di antara orang-orang yang Allah serahkan urusan umat Muhammad kepadanya, dan tidak ada seorangpun perantara antara ia dan Allah.”
Setelah itu, Umar mengajak Sa’id untuk membantunya dan berkata, “Wahai Sa’id, kami menugaskan kamu sebagai gubernur atas penduduk Himsh.”
Ia pun berkata, “Hai, Umar. Aku ingatkan dirimu terhadap Allah; Janganlah kamu menjerumuskanku ke dalam fitnah.
Maka Umar marah dan berkata, “Celaka kalian, kalian menaruh urusan ini di atas pundakku, lalu kalian berlepas diri dariku.
Demi Allah aku tidak akan melepasmu.” [Cms]