ChanelMuslim.com- Kemenangan Thaliban menjadi pusat perhatian dunia. Khususnya dua adidaya yang tengah perang saing: Amerika dan Cina. Bagaimana posisi Thaliban?
Thaliban memang seperti dimanjakan Amerika di kemenangan mengusir pemerintahan Ashraf Ghani. Bukan hanya “mempersilahkan”, Amerika pun memfasilitasi warga yang ingin mengungsi ke luar Afghanistan.
Mencermati taktik luar negeri Amerika itu, tentu bukan tanpa maksud. Ada semacam kesepakatan “under-table” antara Thaliban dengan Amerika yang hingga kini masih misteri. Tapi, kesepakatan itu hampir bisa dipastikan tak jauh dari perang saing antara Amerika dan Cina di negeri mujahidin itu.
Apakah Cina berdiam diri dengan taktik Amerika itu? Justru sebaliknya. Hanya dalam 20 jam setelah Thaliban menang, Cina mengirimkan delegasinya bertemu Thaliban. To the point, Cina menawarkan investasi berbagai proyek infra struktur ke Thaliban. Sebuah tawaran yang menggiurkan.
Thaliban menyambut baik tawaran Cina. Delagasi Cina disambut tim diplomat dari Thaliban dalam acara kenegaraan yang resmi dan serius.
Dari sini, Cina seperti maju selangkah dari Amerika. Amerika boleh saja memiliki strategi dan kelengkapan militer yang sangat mumpuni, tapi Cina jauh lebih kongkrit. Negeri yang berbatasan dengan Afghanistan di sebelah timur itu menawarkan uang untuk membangun Afghanistan.
Sampai di situ, publik Barat pun menyayangkan Amerika. Mereka menyebut pembiaran Amerika terhadap kemenangan Thaliban sebagai kesalahan fatal.
Joe Biden menjawab langsung kritik itu. Menurutnya, Amerika tidak ingin membantu kekuatan Afghanistan saling berperang sementara mereka sendiri tidak ingin berperang. Ia pun menyatakan bertanggung jawab atas kebijakan itu.
Dengan kata lain, Amerika tidak merasa bahwa langkahnya itu sebagai sebuah “kecolongan”. Namun, dari diplomasi Biden yang sangat halus itu, publik tetap tidak bisa menguak apa yang tengah dimainkan Amerika sebenarnya.
Bukan saja publik umumnya. Boleh jadi, para pesaingnya: Cina dan Rusia pun masih meraba-raba apa yang tengah dimainkan Amerika di balik pembiaran kemenangan Thaliban itu.
Namun, bukanlah Cina jika hanya berdiam saja. Dengan kekuatan capital yang luar biasa, Cina menawarkan ke Thaliban sesuatu yang tidak dimainkan Amerika, yaitu modal atau investasi.
Seperti apa pun pemimpin dan rakyat Afghanistan, tentu mereka rindu untuk membangun negerinya yang porak poranda karena perang yang berlangsung sejak tahun 80-an. Dan hal itulah yang kini ditunjukkan para pemimpin Thaliban.
Mereka langsung menyatakan bahwa perang sudah usai. Semua warga yang ada di Afghanistan dijamin aman dan damai.
Bukan itu saja. Thaliban bahkan menawarkan koalisi besar seluruh kekuatan di Afghanistan untuk sama-sama membangun negeri berpenduduk 33 juta itu.
Kini, para petinggi Thaliban dan elit-elit lain yang berpengaruh di Afghanistan tengah bernegosiasi di Doha, Qatar. Isunya bukan lagi soal perang. Tapi, tentang bagaimana membangun Afghanistan.
Pelajaran menariknya, meski berhasil melakukan revolusi besar, Thaliban tidak terfokus pada kekuasaan. Mereka justru mengajak semua kekuatan untuk bersatu dan membangun Afghanistan.
Dengan begitu, siapa pun yang menawarkan “simpati”: Amerika atau Cina, dua-duanya akan sangat menguntungkan Thaliban. Dan tentunya, keuntungan untuk negeri 97 persen muslim itu. [Mh]