ChanelMuslim.com- Pasangan itu keseimbangan. Harmonis itu langgeng. Bisakah pasangan yang tetap selaras dan seimbang bisa diraih tanpa pacaran?
Pasca remaja, pria dan wanita mendambakan rumah tangga sakinah, mawadah, dan rahmah. Dambaan itu tentu harus melalui sebuah pintu: nikah.
Pasalnya, bisakah dambaan itu bisa diperoleh jika nikah dengan seseorang yang belum dikenal dekat. Bahkan tahu nama dan gambarnya pun melalui orang lain.
Rasa yakin dan ragu pun timbul tenggelam seperti penampakan perahu kecil di tengah ombak besar. Kalau memang mungkin, bagaimana caranya?
Harmonis tanpa Pacaran
Ada dua kenyataan yang hampir berlawanan, antara pacaran dengan nikah tanpa pacaran. Dua kenyataan ini akan sangat berpengaruh untuk meraih rumah tangga harmonis.
Kenyataan pertama, mereka yang pacaran mungkin saja bisa meraih cinta atau keakraban calon suami istri. Sungguh pun begitu, mereka terlarang melakukan hubungan suami istri. Jadi, mungkin mereka berhasil meraih cinta, tapi tak bisa merasakan puncaknya.
Kenyataan kedua, mereka yang langsung nikah tanpa pacaran boleh jadi belum meraih cinta. Hal ini karena keduanya memang belum saling mengenal lebih dalam. Hanya sebatas identitas KTP: nama, alamat, pekerjaan, dan foto ukuran minim.
Namun begitu, mereka sudah lampu hijau untuk melakukan hubungan suami istri. Sekarang tinggal dibandingkan: mana yang lebih efektif menuju harmonis antara cinta tapi tidak bisa berhubungan seksual, atau bisa berhubungan seksual tapi cintanya menyusul.
Perlu dicatat, yang pacaran karena memang serius sebagai pendekatan untuk melancarkan proses pernikahan boleh jadi sangat minim. Yang paling banyak adalah pacaran karena hanya dorongan syahwat saja. Tanpa pernah terpikir kapan pastinya akan melangsungkan pernikahan.
Dari catatan ini, kecenderungan untuk melakukan pelanggaran atau zina menjadi sangat lebih besar. Dan kalau sudah terjadi perzinahan, apalah arti dari nilai pernikahan. Karena kelezatannya sudah bisa dirasakan tanpa perlu pernikahan.
Dampak yang muncul dari sini adalah harmonisnya hanya sebelum pernikahan atau di masa pacaran. Ketika akhirnya menikah, yang dirasakan hanya beban, bukan kenikmatan. Karena kenikmatannya sudah dicicil di masa pacaran.
Ada catatan juga buat yang menikah tanpa pacaran. Yaitu, pada soal meraih rasa cinta tadi. Karena boleh jadi, lancarnya hubungan suami istri belum menjadi jaminan rasa cinta sudah didapat.
Karena itu, manfaatkan kesempatan masih tinggal berdua untuk menjalin rasa cinta melalui pendekatan. Sebelum nantinya tersibukkan dengan urusan bayi, momen berduaan harus diperbanyak, melalui berbagai kegiatan termasuk wisata.
Dengan kata lain, inilah masa-masa pacaran suami istri yang sebenarnya. Yaitu, ketika segala kesempatan masih sangat memungkinkan. Jangan ditunda, apalagi dianggap enteng.
Kalau suami istri sukses meraih rasa saling cinta di fase ini, tahapan berikutnya akan terasa manis. Meskipun akan berdatangan banyak beban.
Persis seperti mendaki gunung. Semakin tinggi, bukan hanya beban saja yang terasa berat. Tapi, pemandangan yang terlihat pun kian tampak lebih indah. [Mh]