ChanelMuslim.com – Menurut pegiat parenting, Dyah Lestyarini, ada empat cara memotivasi anak yang salah. Motivasi itu bisa diibaratkan sebagai bahan bakar yang mendorong seseorang untuk maju/sukses. Namun, banyak orang tua salah dalam memotivasi anak.
Barangkali niat orang tua baik yaitu mengharapkan anak menjadi lebih semangat dan menjadi lebih baik lagi. Nah, sekarang apa ya Bun, empat cara motivasi yang malah berdampak kurang baik bagi anak.
Empat Cara Memotivasi Anak yang Salah
Baca Juga: 8 Tips Mudah Memotivasi Anak agar Senang Melaksanakan Sholat
Memotivasi anak dengan mengkondisikan anak merasa bersalah
Contohnya seperti ini: “Kamu tidak kasihan sama Bunda, Bunda sudah kerja sampai malam untuk mencari uang agar bisa membeli mainan buat Adik” atau “Ayo dimakan sayurnya, Adik tidak kasihan sama Bunda, sudah memasak, capek, lelah tapi sayurnya tidak dimakan”.
Motivasi model ini tidak akan membuat anak termotivasi malah akan menjadi beban bagi anak. Anak makan bukan karena termotivasi untuk sehat dan kuat tetapi karena kasihan.
Akibatnya apa yang mereka lakukan akhirnya didasari pada keterpaksaan bukan didasari pada semangat yang tumbuh dalam diri sendiri.
Memotivasi dengan cara membandingkan dengan orang lain
Misalnya, dengan kakaknya atau temannya. Motivasi model seperti ini akan menjadikan anak merasa rendah diri, merasa bodoh. Ia menganggap orang lain pasti lebih hebat daripada dirinya.
Ia juga dipenuhi rasa khawatir dan senantiasa tertekan. Motivasi model ini, sama sekali tidak akan memotivasi anak untuk berkembang bahkan sebaliknya akan membuat anak semakin kerdil dan terpuruk.
Setiap ia dibandingkan, maka setiap itu pula ia akan merasa tertekan, merasa lebih rendah dan merasa lebih bodoh karena pembandingnya selalu pasti lebih hebat daripada dirinya.
Baca Juga: Ini Cara Memotivasi Anak untuk Melakukan Pekerjaan
Motivasi model meremehkan
Misalnya, saat anak memamerkan nilai ujiannya yang mendapatkan nilai 8 kemudian dalam hati Bunda mengatakan, “Wah hebat juga anakku, ujian matematikanya dapat 8,” tetapi Bunda memotivasi anak agar mendapatkan nilai lebih baik lagi dengan berkata seperti ini “Hemmm cuma dapat delapan, belum dapat nilai sepuluh kalau sudah dapat sepuluh itu baru oke namanya”.
Dengan mengatakan seperti itu, Bunda pasti berharap anak akan lebih bersemangat untuk mendapatkan nilai lebih baik lagi. Tapi Bun, harapan Bunda itu jauh panggang daripada api, kenyataan yang tidak sesuai harapan.
Bunda meremehkan, apa yang anak capai, merendahkan hasil jerih payahnya, tidak menghargai akan prestasinya. Jika itu terus dilakukan, anak akan merasa apapun usahanya, prestasinya, kebaikannya maka ia merasa tidak dihargai.
Lalu ia akan mengatakan dalam hatinya, buat apa aku berprestasi, berusaha mendapatkan nilai baik, berusaha menjadi baik, toh orang tuaku tidak menghargai aku.
Dampaknya anak akan semakin malas dan tidak semangat. Lebih buruk lagi, anak akan memiliki karakter rendah diri karena setiap yang mereka lakukan pasti akan mendapatkan respon negatif dari orang tuanya.
Dan ada kabar buruknya lho Bun, orang yang rendah diri itu tidak akan pernah mampu mengoptimalkan potensinya dan tidak akan pernah sukses dalam menjalani hidupnya.
Motivasi dengan mengancam mengungkap aib anak
Mengancam untuk mengungkap keburukan anak kepada orang lain biasanya dijadikan orang tua untuk memotivasi anak misalnya: “Kalau Kakak nilai matematikanya masih jelek, Bunda akan memberitahu wali kelas bahwa Kakak masih sering ngompol di rumah”.
Ungkapan ini benar-benar akan dibenci anak. Anak merasa ditelanjangi dan dipermalukan. Bunda sendiri jika aibnya disingkap orang lain juga pasti marah kan? Begitu juga dengan anak.
Motivasi model ini adalah motivasi yang didasarkan pada ancaman yang membuat anak ketakutan. Anak akan senantiasa diselimuti rasa takut, senantiasa tertekan, tidak bergairah dan tidak bersemangat.
Niat anak untuk belajar bukan lagi untuk mendapatkan prestasi yang lebih tinggi tetapi didasarkan pada ketakutan. Kasihan Bun, kehidupan anak akan dipenuhi dengan rasa takut dan senantiasa tertekan.
Semoga Ayah Bunda Sahabat Muslim terhindar dari kesalahan dalam memotivasi anak tersebut.[ind]
sumber: Rumah Pintar Aisha: Juli 2021.