ChanelMuslim.com – Abu Thalib selalu teguh melindungi keponakannya, Rasulullah dari hal-hal yang membahayakan. Terlebih lagi, saat Muhammad telah menjadi Rasulullah, maka sudah pasti bahaya yang mengintai Rasulullah makin besar.
Baca Juga: Peristiwa Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
Abu Thalib Melindungi Rasulullah
Akan tetapi, walau Abu Thalib tidak mengikuti ajaran yang dibawa Rasulullah, tetapi beliau selalu siap membantu dan melindungi Rasulullah.
Perlindungan yang diberikan ini membuat para pemuka Quraisy geram karena tidak bisa menyentuh Muhammad.
Mereka pun menawarkan berbagai macam hal agar Abu Thalib tidak lagi melindungi Rasulullah.
Dilansir buku Muhammadku “Muhammadku Teladanku” jilid 3( Menjadi Rasul ) hal 68-69Sygma Daya Insani-Jabar, para pemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib dengan membawa sebuah misi.
“Abu Thalib, keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencaci agama kita, dan menganggap sesat nenek moyang kita. Engkau harus menghentikan dia sekarang.
Jika tidak, biarlah kami yang akan menghadapinya. Kalau kamu melindunginya juga, biar kabilah-kabilah kami yang akan menghadapi kabilahmu.”
Abu Thalib menghela napas berat, “Demi Tuhan Ka’bah, biar seluruh Makkah menghalangi jalanku, aku akan tetap melindungi kemenakanku itu.”
Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu pergi tanpa berkata apa-apa. Biar bagaimana, mereka belum sanggup menghadapi perang saudara yang akan menghancurkan kota Makkah. Mereka memutar akal untuk menemukan muslihat lain.
Mereka pun kembali mendatangi Abu Thalib sambil membawa serta Ammarah bin Walid. Ia adalah pemuda Quraisy yang gagah perkasa dan paling tampan wajahnya.
Mereka berkata, “Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi milikmu. Namun, sebagai gantinya serahkanlah keponakanmu yang menyalahi agama kita dan agama nenek moyang kita, yang memecah belah persatuan kita itu untuk kami bunuh!”
“Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang adil? Seorang laki-laki ditukar pula dengan seorang laki-laki!”
Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala, ditatapnya para bangsawan itu satu demi satu.
“Betapa buruknya tawaran kalian kepadaku ini! Bayangkan, kalian memberikan anakmu kepadaku untuk aku beri makan, sedangkan aku harus menyerahkan anakku untuk kalian bunuh! Demi Allah, ini adalah hal yang tidak boleh terjadi untuk selamanya!”
Baca Juga: Pengorbanan Ali bin Abi Thalib
Rasulullah terus Bertekad Berdakwah
Orang-orang Quraisy itu pun kembali pergi. Abu Thalib memanggil Rasullullah dan berkata, “Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku dan mengatakan,
‘Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena itu, kami meminta baik-baik kepadamu untuk menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga engkau lakukan.
Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita. Suruh diam dia atau kami lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa!”
Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat, hampir seperti memohon, lalu katanya, “Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat kupikul.”
Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah sudah tidak lagi berdaya membelanya. Pamannya sudah hendak meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum Muslimin masih lemah dan belum mampu membela diri.
Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah. Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik mati membawa iman daripada menyerah atu ragu-ragu.
Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa, Rasulullah berkata, “Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan. Biar nanti Allah yang akan membuktikan apakah kemenangan itu ada ditanganku atau aku binasa karenanya.”
Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib sampai tertegun dan gemetar mendengar tekad keponakannya itu.
Rasulullah pergi sambil menitikkan airmata, tetapi Abu Thalib memanggilnya kembali sambil berkata, “Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau walau apapun yang akan terjadi.”
Sahabat Muslim, itulah kisah Abu Thalib yang selalu teguh melindungi Rasulullah, bahkan menolak tawaran yang diajukan pemuka Quraisy. [Cms]