ChanelMuslim.com- Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memproyeksikan potensi nilai ekonomi kurban Indonesia tahun 2021 ini sebesar Rp 18,2 triliun yang berasal dari 2,2 juta pekurban (shahibul qurban).
Peneliti IDEAS Askar Muhammad mengatakan, proyeksi tersebut turun dari tahun lalu yang diestimasikan mencapai Rp 20,5 triliun dari 2,3 juta orang pekurban.
“Meski tahun ini kembali tidak ada keberangkatan jama’ah haji ke tanah suci, namun kerasnya krisis dan pandemi yang berkepanjangan menyebabkan kami mengambil estimasi yang semakin konservatif,” kata Askar secara virtual Rabu (14/07/2021).
Askar mengungkapkan, turunnya estimasi tersebut terjadi karena kurban 2021 didahului oleh resesi yang panjang. Sejak kontraksi dalam pada kuartal II tahun lalu, kinerja pertumbuhan ekonomi masih minus berturut-turut hingga kuartal I 2021.
“Resesi panjang dalam setahun terakhir membuat semakin banyak masyarakat yang jatuh ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Hal ini turut menekan jumlah dan nilai kurban dari keluarga Muslim,” ungkap dia.
Baca Juga : IDEAS Launching Hasil Riset Ketahanan Keluarga Miskin
Dari 2,2 juta keluarga Muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi shahibul qurban ini, kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing-domba sekitar 1,26 juta ekor, sedangkan sapi dan kerbau sekitar 414 ribu ekor.
“Dengan asumsi berat kambing-domba antara 20-80 kg dengan berat karkas 42,5 persen serta berat sapi-kerbau antara 250-750 kg dengan berat karkas 50 persen, maka potensi ekonomi kurban 2021 dari sekitar 1,7 juta hewan ternak ini setara dengan 105 ribu ton daging,” jelas Askar.
Adapun, potensi kurban terbesar datang dari Jawa, terutama wilayah aglomerasi dengan mayoritas kelas menengah muslim dengan daya beli tinggi.
“Potensi kurban terbesar datang dari Jabodetabek, yaitu 167 ribu sapi-kerbau dan 449 ribu kambing-domba, senilai Rp 7,1 triliun, setara 42 ribu ton daging. Potensi kurban terbesar lainnya datang dari Bandung Raya, Surabaya Raya, Yogyakarta Raya, Malang Raya dan Semarang Raya,” ujar Askar.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa Ahmad Faqih mengatakan, pandemi tidak hanya membuat daya beli masyarakat menurun tapi juga membuat orang miskin bertambah.
Baca Juga : IDEAS: Kebijakan Penanganan Pandemi Pasca Satu Juta Kasus Sangat Mengkhawatirkan
“Dompet Dhuafa berupaya melakukan pemerataan hewan kurban ke sejumlah pelosok negeri. DD bekerja sama dengan para peternak lokal di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan mendistribusikannya di sana,” ujar Ahmad.
Kerja sama dengan peternak lokal ini membuat biaya harga hewan kurban di lembaga amil zakat bisa lebih murah dibandingkan lapak konvensional. [Wmh]