ChanelMuslim.com – Sejarah pengoperasian pertama rel kereta api hijaz menjadi bagian penting dalam menyatukan umat Islam. Saat itu, dunia Islam sedang merenggang, tetapi Sultan Abdul Hamid II mengoperasikan rel ini untuk menyambung antara pusat-pusat umat dari Damasukus tersambung ke Madinah.
Baca Juga: Sejarah Dicopotnya Sultan Abdul Hamid II dari Kursi Kekhalifahan Utsmani
Tujuan Pengoperasian Rel Kereta Api Hijaz
Dilansir channel telegram Generasi Shalahuddin, 22 Agustus 1908, Kesultanan Utsmaniyah secara resmi mengoperasikan perjalanan pertama kereta api jalur Hijaz ini.
Hejaz Railway ini membentang 1320 km dari Damaskus ke Madinah, melalui wilayah Hijaz di Arab Saudi modern, dengan jalur cabang ke Haifa di Laut Mediterania.
Tujuan awalnya adalah untuk memperpanjang jalur dari Terminal Haydarpaşa di Kadikoy di luar Damaskus ke kota suci Mekkah.
Kemudian, tujuan utama dari kereta api ini adalah untuk membangun hubungan antara Istanbul, ibu kota Kesultanan Utsmaniyah dan pusat sejarah Kekhalifahan Islam pertama-tama di Arab, juga memudahkan untuk menziarahi Makkah dan Madinah.
Alasan penting lainnya adalah untuk meningkatkan integrasi ekonomi dan politik dari provinsi-provinsi Arab yang jauh ke dalam negara Utsmaniyah.
Ide ini menuai pro-kontra karena orang-orang Yahudi tahu, bahwa proyek ini adalah untuk mendukung ide persatuan Islam, yang akan menghambat Yahudi dalam usaha pencengkeraman Baitul Maqdis.
Banyak orang di dunia tidak percaya bahwa Kesultanan Utsmaniyah dapat mendanai proyek semacam itu. Diperkirakan bahwa rel kereta akan menelan biaya sekitar 4 juta lira Turki yang bisa dibilang sebagai porsi anggaran yang cukup besar.
Bankasi Ziraat, bank negara yang melayani kepentingan pertanian di Negara Utsmani, memberikan pinjaman awal 100.000 lira pada tahun 1900.
Pinjaman awal ini memungkinkan proyek dimulai pada tahun yang sama.
Sultan Abdulhamid II meminta semua Muslim di dunia untuk ikut berpartisipasi bagi pembangunan Kereta Api Hijaz dan ternyata proyek itu mendapatkan sambutan besar dari umat.
Ia tidak hanya dianggap sebagai program militer yang penting bagi wilayah tersebut, tetapi juga merupakan simbol persatuan umat. Banyak pengusaha dan rakyat lintas wilayah ramai-ramai menyumbang.
Baca Juga: Pemimpin itu Harus Beriman kepada Allah, Kemudian Harus Cerdas
Proyek Gagal karena Perang
Semua itu murni tidak ada investasi asing yang diterima dalam proyek tersebut. Komisi Donasi dibentuk untuk mengatur dana secara efektif, dan medali diberikan kepada para penyumbang.
Salah satu penyumbang proyek ini adalah Muhammad Inshaullah, Editor surat kabar Punjabi yang kaya raya.
Sayangnya, proyek persatuan ini harus kandas karena perang yang dihadapi oleh Kesultanan Utsmaniyah. Pemberontakan berhasil dicanangkan, sehingga Utsmaniyah mulai terpecah belah satu per satu.
Kereta Api Hijaz bukan proyek transportasi semata, melainkan ada spirit untuk diambil inspirasinya.
Umat ini ternyata besar apabila bersatu dan lemah apabila saling sikut. Sultan Abdul Hamid II memberi contoh pada kita tentang selalu berpikir keras untuk kebangkitan dan kebaikan umat, meski seakan ia menghadapi seluruh dunia. [Cms]
Referensi :
(Tulisan ini juga mengambil referensi dari Özyüksel, Murat (2016). The Hejaz railway and the Ottoman Empire: Modernity, Industrialisation and Ottoman Decline. Middle Eastern Studies, dan Cole, Beverly (2011). Trains. Potsdam, Germany: H.F.Ullmann. p. 127.
Selain itu, ada dari www.islamstory.com, Di Balik Runtuhnya Turki Utsmani, Ust Deden Herdiansyah, dan Memoar Sultan Abdul Hamid II)