ChanelMuslim.com- Ibarat malam, tetangga mungkin mirip dengan bulan. Tanpa bulan, malam terasa gelap. Tapi, bagaimana jika sang bulan tak bisa diam.
Tetangga merupakan keniscayaan dalam rumah tangga. Di mana pun kita tinggal, tetangga selalu ada di hampir semua sisi kehidupan rumah kita: kanan, kiri, depan, dan belakang.
Kadang tetangga datang di saat kita perlukan. Mereka menolong di saat kita butuh bantuan. Walaupun tidak sedikit dari tetangga yang justru menjadi beban. Terutama, beban perasaan.
Tetangga Non Muslim
Dalam kehidupan bertetangga, tak lagi bisa dihindari adanya perbedaan agama. Terlebih di wilayah yang jumlah non muslimnya sama atau lebih besar dari umat Islam.
Bahkan di hampir semua perkotaan, warga non muslim juga sudah berbaur dalam satu komunitas dengan umat Islam. Mereka bisa tetangga dalam satu Rt, dalam satu rusun, dalam satu klaster perumahan, dan lainnya.
Dengan kata lain, keberadaan tetangga non muslim harus dianggap biasa. Tidak perlu risih, apalagi alergi secara berlebihan. Justru di situlah kita sedang belajar tentang akhlak yang lebih luas, bukan hanya sesama muslim seperti yang selama ini dilakukan.
Baik di Mekah maupun di Madinah, Rasulullah dan para sahabat menganggap biasa bertetangga dengan non muslim. Karena bertetangga adalah hubungan muamalah, seperti halnya bisnis atau perdagangan.
Hak dan kewajiban terhadap sesama tetangga pun tidak berkurang, meskipun terhadap tetangga yang non muslim. Seperti tetap saling tolong menolong, tetap saling menyapa, ngobrol, akrab, dan lainnya.
Begitu pun dalam hal akhlak, tetap harus baik meskipun mereka non muslim. Seperti, tidak melecehkan, tidak menjauhi, dan lainnya. Terlebih melecehkan dalam soal keyakinan. Karena hal itu dilarang dalam Islam.
Jika mereka protes tentang salah satu ajaran Islam, tidak perlu dianggap sebagai “serangan”. Justru inilah kesempatan untuk menjelaskan tentang ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin kepada mereka.
Seperti, pertanyaan kenapa ajaran Islam melarang bersalaman antar lawan jenis. Yang lainnya, kenapa Islam melarang keluarga memelihara anjing, babi, dan lainnya.
Silahkan dijelaskan dengan ilmiah. Alias, argumentatif. Bukan dengan perasaan merasa diserang atau agak tersinggung.
Silahkan ajak tetangga non muslim untuk ikut dalam kegiatan kebersamaan tetangga. Seperti ronda, arisan Rt/Rw, atau bahkan panitia hajatan keluarga. Hal ini agar Islam yang rahmatan lil ‘alamin memang nyata dalam kesehariannya.
Yang juga penting dari itu, hargai perbedaan keyakinan dan pendapat mereka. Jangan melulu berinteraksi hanya dalam perbedaan. Justru dengan sikap inilah, mereka akan bisa menghargai perbedaan dengan kita. [Mh]