ChanelMuslim.com- Ibarat malam, tetangga mungkin mirip dengan bulan. Tanpa bulan, malam terasa gelap. Tapi, bagaimana jika sang bulan tak bisa diam.
Tetangga merupakan keniscayaan dalam rumah tangga. Di mana pun kita tinggal, tetangga selalu ada di hampir semua sisi kehidupan rumah kita: kanan, kiri, depan, dan belakang.
Kadang tetangga datang di saat kita perlukan. Mereka menolong di saat kita butuh bantuan. Walaupun tidak sedikit dari tetangga yang justru menjadi beban. Terutama, beban perasaan.
Tetangga Genit
Genit itu seperti bakat alami. Muncul tiba-tiba dan sulit dihilangkan. Bayangkan jika hal itu menghinggapi tetangga kita.
Repotnya, genit tidak menyasar jenis kelamin tertentu. Pria dan wanita bisa terhinggapi penyakit kejiwaan ini. Sehingga sasaran tembaknya juga tidak tertuju pada satu jenis kelamin saja. Suami dan istri pun bisa menjadi TO alias target operasi.
Sebenarnya, tidak sulit mendeteksi apakah tetangga kita tergolong genit atau tidak. Hal pertama yang terlihat dari orang genit adalah gerakan mata. Setelah itu gerakan tubuh lain.
Ada perbedaan sedikit antara yang genit pria dan wanita. Kalau pria, yang umumnya terlihat jelas hanya pada tatapan. Dan sesekali pada ucapan. Kalau wanita, selain pada tatapan, ekspresi tubuh juga menampakkan gaya menggoda.
Kalau tetangga yang genit tidak tergolong cantik atau ganteng, mungkin potensi bahayanya tidak seberapa. Repotnya, kalau tetangga yang genit cantik atau ganteng, godaannya tentu bukan main-main.
“Melawan” tetangga genit seperti itu harus punya trik tersendiri. Tentu tidak perlu diucapkan ke yang bersangkutan. Karena hal itu akan menimbulkan salah paham.
Pertama, jangan timpali tatapan mereka. Karena tatapan yang berbalas bisa mengundang panah-panah setan. Bukan hanya untuk tetangga, tapi juga untuk diri kita.
Kedua, semaksimal mungkin menghindari interaksi dengan lawan jenis. Jadi, istri berinteraksi dengan istri tetangga. Dan suami berinteraksi dengan suami tetangga. Usahakan untuk konsisten seperti ini.
Termasuk dalam interaksi ini melalui ponsel. Jadi, kalau ada kontak dari tetangga pria, usahakan tidak dijawab oleh istri. Begitu pun sebaliknya, kontak dari tetangga wanita, yang menjawab bukan suami.
Repotnya, jika yang ada di masing-masing rumah bersilangan. Artinya, di rumah kita, suami yang tiap hari keluar rumah. Sementara di tetangga, istrinya yang tiap hari tak ada di rumah.
Ketiga, batasi interaksi. Meski tidak mengurangi keakraban dengan tetangga, Batasan syar’i antara pria dan wanita juga harus dijaga. Begitu pun tentang privasi masing-masing.
Jangan biarkan tetangga mondar-mandir ke rumah kita sedemikian leluasanya. Begitu pun sebaliknya dengan kita saat berkunjung ke rumah tetangga. Wilayah bersamanya hanya ada di pelataran depan, itu pun jika rumahnya tidak berpagar. Selebihnya, harus ada izin dari masing-masing tuan rumah.
Keempat, tetap menjaga aurat meskipun berada di pelataran rumah. Jangan sampai istri di bagian atasnya mengenakan kerudung, tapi busana bawahnya begitu “aduhai” karena menganggap masih di halaman rumah. Usahakan untuk tidak mengenakan celana panjang yang membentuk tubuh.
Boleh jadi, tetangga kita sebenarnya tidak terlalu genit meskipun sudah memiliki bakat. Tapi karena penampilan dan cara bergaul kita yang kurang tepat, justru hal itu memancing potensi buruknya itu. [Mh/bersambung]