Chanelmuslim.com-Menegur anak di depan orang banyak bisa membuat anak merasa harga dirinya rendah dan juga merasa direndahkan. Pada anak yang cenderung pendiam, sering ditegur di depan orang banyak bisa membuat depresi.
Ketika anak melakukan kesalahan, kadang tanpa disadari orang tua kerap menegur bahkan memarahi mereka di depan orang lain. Misalnya saja di depan banyak anggota keluarga atau di tempat umum. Nah, jika hal itu sering dilakukan, apa dampaknya bagi anak?
Psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, MPsi, mengatakan menegur anak tidak disarankan di depan orang lain. Jika memungkinkan, lakukan di tempat yang private, misalnya di rumah, di kamar dan hanya berdua dengan anak lalu si anak dinasihati.
Wanita yang akrab disapa Nina ini menambahkan,
“Menegur anak di depan orang banyak bisa membuat anak merasa harga dirinya rendah dan juga merasa direndahkan. Pada anak yang cenderung pendiam, sering ditegur di depan orang banyak bisa membuat depresi.”
Sebaliknya, lanjut Nina, ketika anak merupakan tipe pemberontak, bukan tak mungkin di kemudian hari ia lampiaskan kekesalannya pada orang lain yang dianggap lebih lemah. Misalnya saja ketika di sekolah ada teman yang kebetulan lemah dan melakukan kesalahan, bisa saja si anak melakukan bullying.
“Memang sebisa mungkin menegur anak baiknya dilakukan dalam situasi yang private sehingga hanya orang tua dan anak saja yang tahu. Dengan begitu, anak tidak terlalu merasa disalahkan atau direndahkan,” tambah ibu dua anak ini.
Lantas, bagaimana jika anak melakukan kesalahan di sekolah? Menurut Nina, memang tak mudah membentuk situasi yang private untuk menegur anak di sekolah. Tapi, guru bisa menegur anak dengan tidak berlebihan. Nina menekankan, perlu perhatian khusus ketika anak dirasa terlalu sering melakukan kesalahan yang sama sehingga ia berulang kali dihukum.
Jika situasinya seperti itu, perlu dicek lagi apakah ketika di sekolah anak merasa berada di lingkungan yang tidak cocok dengan dia. Sebab, menurut Nina, bisa saja ada beberapa sistem di sekolah yang tidak sesuai dengan anak. Sehingga, perlu ada evaluasi dari orang tua dan pihak sekolah.
“Perlu dilihat juga lingkungan tempat tinggal si anak ini gimana, apakah cenderung keras atau bagaimana. Kalau di rumah dia sudah biasa berada di lingkungan yang keras, pas di sekolah juga nggak merasa cocok dengan lingkungannya, dia bisa melakukan kesalahan berulang kali. Padahal, semestinya baik di rumah atau sekolah, anak bisa merasa nyaman dengan lingkungannya,” tutur Nina.(ind/dethealth)