Sebuah program baru anti radikalisasi di Denmark menuai kecaman dari komunitas Muslim dengan menyebut langkah itu memberikan stigma negatif terhadap minoritas agama di negara Skandinavia tersebut.
“Masyarakat Islam di Denmark menganggap rencana itu terlalu terburu-buru dan tanpa tujuan yang tepat selain menstigmatisasi minoritas Muslim,” jelas Imran Shah, juru bicara Masyarakat Islam Denmark, mengatakan kepada Sputnik pada Kamis 29 Januari lalu.
“Pemerintah Denmark menutup mata dengan aksi kelompok sayap kanan ekstremisme yang sedang booming saat ini.”
Pernyataan Shah kini menyusul pemerintah Denmark memperkenalkan program tiga tahun dua hari lalu yang bertujuan melawan radikalisme di kalangan pemuda Muslim.
Hampir 9 juta dolar dialokasikan untuk program yang menargetkan para pejuang yang baru kembali dari daerah konflik di Timur Tengah.
Bagi umat Islam Denmark, program anti radikalisasi menambah kesengsaraan mereka setelah serangan Paris yang menewaskan 17 orang dan menyebabkan sentimen anti-Muslim yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Eropa.
Meskipun menghadapi diskriminasi secara halus selama bertahun-tahun, Muslim Denmark bersedia untuk berdialog dan berkerjasama dengan pemerintah tanpa embel-embel imbalan dana, menurut Shah.
“Mereka (pemerintah Denmark) mempresentasikan rencana seakan-akan komunitas Muslim menerima dana karena berkomitmen untuk dialog, yang itu sebenarnya merupakan penghinaan,” katanya.
“Masyarakat Islam di Denmark tidak pernah menerima uang dan tidak akan pernah melakukannya untuk dialog karena itu adalah bagian dari iman kita untuk memulai dialog.”
Islam adalah agama terbesar kedua Denmark setelah Gereja Protestan Lutheran.
Denmark adalah rumah bagi minoritas Muslim sebanyak 200.000, membuat tiga persen dari 5,4 juta penduduk yang ada di negara itu.[af/onislam]