Chanelmuslim.com-Air ketuban memungkinkan janin mengambang dalam kantong ketuban semasa dalam kandungan sehingga janin dapat bergerak. Cairan yang berwarna jernih kekuningan ini juga memberi ruang untuk tumbuh kembang janin.
Saat pemeriksaan kehamilan, volume air ketuban secara rutin akan diperiksa untuk mengetahui apakah masih dalam kadar normal, terlalu banyak, atau terlalu sedikit. Ini karena jumlah air mencerminkan kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan dilakukan menggunakan ultrasonografi (USG).
Air ketuban atau amnion berguna sebagai bantalan yang melindungi janin dari cedera luar atau gerakan mendadak. Amnion juga berguna menjaga suhu di sekeliling janin agar tetap hangat dan stabil. Fungsi lainnya adalah membantu tulang, otot, sistem pencernaan, dan paru-paru janin untuk dapat tumbuh dengan baik.
Ketika kehamilan berusia 8,5 bulan, volume ketuban biasanya berada pada kisaran 800 mililiter (mL). Pada usia kehamilan 10 bulan, volume air ketuban sekitar 600 mL. Berikut beberapa kondisi air ketuban.
Air Ketuban Terlalu Banyak
Secara medis, kondisi ini dinamakan polihidramnion. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor risiko berikut berkaitan dengan terjadinya polihidramnion.
1. Ibu hamil memiliki penyakit diabetes.
2. Ibu hamil memiliki penyakit rhesus darah (inkompatibilitas rhesus). Hal ini kadang dapat membuat janin mengalami anemia.
3. Mengandung bayi kembar.
4. Terjadinya pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal di plasenta.
5. Terjadi hambatan di usus janin (gut atresia) sehingga tidak dapat menyerap air ketuban dalam volume yang cukup.
6. Masalah genetika pada janin.
Pada dasarnya, polihidramnion merupakan bentuk komplikasi yang umum dialami ibu hamil. Sebagian besar ibu hamil dengan kondisi polihidramnion dapat melahirkan bayi yang sehat, namun disarankan untuk tetap tidak mengabaikan kondisi ini. Polihidramnion sedikit meningkatkan risiko janin lahir prematur, atau berada dalam posisi yang salah. Ibu hamil juga menjadi berisiko mengalami perdarahan setelah melahirkan.
Sebaiknya lakukan pemeriksaan dengan USG secara rutin serta tes gula darah. Polihidramnion biasanya terdeteksi pada pemeriksaan antenatal setelah kehamilan berusia 7,5 bulan. Pada kasus yang jarang, polihidramnion dapat terjadi pada usia kehamilan 4,5-5,5 bulan. Jika perut Anda terasa membesar dengan cepat, segera periksakan diri ke dokter.
Air Ketuban Terlalu Sedikit
Kondisi ini lebih rentan terjadi pada masa awal kehamilan yang mana menandakan pertumbuhan janin terlalu lambat. Namun jika terjadi pada akhir masa kehamilan, artinya terdapat kemungkinan telah terjadi kegagalan plasenta. Air ketuban yang terlalu sedikit atau oligohidramnion dapat terjadi karena beberapa faktor berikut.
1. Ibu hamil memiliki tekanan darah tinggi kronis.
2. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti angiotensin-converting enzyme (ACE).
3. Plasenta terlepas dari dinding rahim.
4. Selaput ketuban pecah.
5. Masalah pada janin, seperti kelainan genetik, pertumbuhan janin terhambat, atau adanya masalah ginjal maupun saluran kemih.
Kondisi oligohidramnion dapat diketahui dari pemeriksaan volume air ketuban menggunakan USG. Jika Anda didiagnosis mengalami oligohidramnion, Anda mungkin perlu minum lebih banyak air putih, terlebih lagi bila mengalami dehidrasi.
Selain itu, mungkin diperlukan injeksi cairan ketuban atau amnioinfusi. Cairan saline akan disuntikkan ke dalam dinding kantong ketuban. Hal ini dilakukan selama perawatan prenatal. Namun pada beberapa kasus, ibu hamil dengan oligohidramnion kemungkinan perlu melahirkan. Pada situasi ini, amnioinfusi akan ditempatkan di leher rahim atau di serviks melalui kateter.
Ketuban Pecah Dini
Pada sebagian ibu hamil, ketuban bisa pecah sebelum kehamilan menginjak usia 37 minggu. Makin dini terjadinya hal ini, maka makin serius kondisi ibu dan janin. Kondisi itu dinamakan ketuban pecah dini. Penyebabnya sering kali tidak diketahui, tetapi beberapa faktor risiko berikut mungkin bisa memicu kondisi bayi lahir prematur.
1. Ibu hamil memiliki kebiasaan merokok.
2. Mengalami infeksi pada vagina, rahim, atau leher rahim.
3. Ibu hamil pernah menjalani operasi atau biopsi leher rahim.
Pernah mengalami kondisi ini pada kehamilan sebelumnya.
Bila Anda merasakan adanya air yang mengalir dari vagina, baik secara perlahan-lahan maupun menyembur, ambillah kain untuk menyerap cairan tersebut. Ciumlah aromanya, air ketuban tidak berbau urine. Bila setelah dicium ternyata bukan urine, segera cari bantuan medis.
Jika ketuban pecah dini pada usia kehamilan di atas 37 minggu, Anda dapat melakukan proses persalinan. Bila terjadi di antara 34 sampai 37 minggu, dokter Anda kemungkinan akan menginduksi Anda untuk bersalin.
Namun bila ketuban pecah sebelum usia kehamilan 34 minggu, dokter kemungkinan akan menahan agar tidak terjadi persalinan. Anda biasanya akan diinstruksikan untuk istirahat total. Mungkin dokter juga akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi atau obat-obatan steroid agar paru-paru bayi dapat tumbuh dengan lebih baik. Setelah kondisi paru-paru bayi terdeteksi lebih baik, persalinan dapat dilakukan.
Air Ketuban Berwarna Tidak Normal
Jika sudah mendekati tanggal persalinan, ketuban bisa pecah dengan sendirinya atau spontan. Air ketuban yang keluar normalnya berwarna putih keruh hingga kekuningan.
Beri tahu dokter atau perawat jika air ketuban yang keluar berwarna kehijauan, berbau tidak sedap, atau bercampur dengan banyak darah. Air ketuban berwarna kehijauan mungkin disebabkan bayi buang air besar untuk pertama kalinya. Sementara itu, air ketuban berbau busuk menandakan bahwa rahim (uterus) mengalami infeksi. Sedikit darah pada air ketuban masih normal, tetapi jika seluruh cairan ketuban bercampur darah bisa menandakan adanya gangguan plasenta.
Kenali tanda-tanda air ketuban yang tidak normal agar ibu hamil dapat segera mendapat pertolongan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.(ind/alodokter)