ChanelMuslim.com- Mintalah pertolongan Allah melalui sabar dan shalat. Sabar saat diri butuh keseimbangan. Shalat saat jiwa butuh ketenangan.
Allah subhanahu wata’ala mengajarkan kita untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai media turunnya pertolongan Allah: wasta’inuu bishobri washsholaah.
Hal itu karena dunia murni sebagai arena ujian. Semua sisi dunia ini ujian. Senang ujian, susah ujian. Ada sebagai ujian, tidak ada pun ujian.
Seolah, tidak ada tempat istirahat di dunia ini. Tidak ada yang “aman” di dunia ini. Semua berpotensi membahayakan.
Arena membahayakannya ditambah lagi dengan godaan dan jebakan. Peran ini “sangat baik” dimainkan Iblis dan sekutunya. Tak ada kata istirahat bagi mereka untuk memperdaya manusia.
Pemandangan “horor” ini boleh jadi hanya bisa ditangkap oleh mereka yang mencermati apa yang Allah dan RasulNya pesankan dalam banyak kalimat: dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam contoh kongkrit tentang bagaimana melakoni dunia ini. Lengkap di semua sisi: sebagai pemuda, suami, warga masyarakat, ayah, pebisnis, pemimpin, pejuang, pembimbing, dan seterusnya.
Namun, semuanya seperti terangkum dalam dua benteng sederhana: sabar dan shalat. Seolah, dua hal inilah yang menjadi inti benteng yang dibangun Nabi dan orang-orang mulia di sekitarnya.
Jangan persepsikan Nabi tidak mengalami “pukulan” karena ia seorang nabi yang suci, dekat dengan Penguasa alam raya. Justru, tak seorang pun dari kita yang pernah “terpukul” seperti yang dialami beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua “pukulan” serasa sempurna.
Contoh, beliau sebagai ayah yang ditinggal mati 6 dari 7 putera-puterinya sebelum beliau wafat. Beliau yatim sejak lahir. Beliau juga warga yang “terusir” dari tanah kelahirannya. Belum lagi penghinaan, pengucilan, fitnah, percobaan pembunuhan, dan lainnya.
Sekali lagi, tak seorang pun dari kita yang pernah merasakan “pukulan” hidup selengkap yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam alami.
Dari sekian banyak pukulan itu, beliau Allah bimbing untuk melaluinya dengan cara sabar dan shalat.
Sabar adalah kemampuan pengendalian diri untuk tetap pada titik keseimbangan jiwa, seberapa berat pun goncangan yang terjadi.
Titik keseimbangannya adalah laa ilaaha illallah. Tidak ada ilah selain Allah. Ilah adalah apa pun yang menjadi kecintaan, harapan, ketakutan, dan seluruh sisi kegandrungan jiwa.
Ketika titik ini mencair, bergeser, loyo, dan lainnya; saat itulah kita seperti sesuatu yang tak lagi berarti di alam raya ini. Siapalah kita tanpa pijakan keyakinan yang sempurna.
Shalat adalah sarana penyegaran dan perbaikan titik keseimbangan itu. Mengandalkan kemampuan diri sendiri saja tidak pernah cukup. Manusia makhluk dhaif yang merasa kuat. Ia butuh sandaran agar Allah menaunginya dengan kekuatan.
Dalam shalat pula, kita bisa berkomunikasi dengan Yang Maha Kuat dan Maha Sayang. Mintalah, sampaikanlah, dan mohonlah pertolonganNya.
Setelah itu, tawakallah terhadap apa yang akan Allah berikan. Tentu, dengan ikhtiar yang bisa dilakukan. [Mh]