ChanelMuslim.com – Hal-hal yang menipu manusia di dunia. Di antara manusia ada yang tertipu oleh dunia, lalu berkata, “Pembayaran secara kontan itu lebih baik daripada pembayaran secara kredit.”
Yang dia maksudkan pembayaran secara kontan adalah dunia, dan pembayaran secara kredit (tunda) adalah akhirat. Di sinilah letak kesamarannya.
Tidak selamanya pembayaran secara kontan lebih baik daripada pembayaran secara kredit, asalkan ada gambaran yang jelas cara pembayaran yang kedua.
Sudah sama-sama diketahui bahwa umur manusia jika dibandingkan dengan lamanya kehidupan akhirat, tidak ada apa-apanya.
Baca Juga: Jangan Menipu dan Jangan Mudah Ditipu
Hal yang Menipu Manusia, Tipuan Orang Kafir
Maksud yang dikehendaki orang yang berkata, “Pembayaran secara kontan itu lebih baik daripada pembayaran secara kredit”,
jika pembayaran secara kredit itu juga tak berbeda jauh dengan pembayaran secara kontan. Ini adalah tipuan orang-orang kafir.
Orang-orang yang menyamarkan kedurhakaan sekalipun akidahnya benar, adalah mereka yang sederajat dengan orang-orang kafir dalam tipuan ini, karena mereka lebih mementingkan dunia daripada akhirat.
Hanya saja, perkara mereka memang lebih ringan daripada orang kafir, karena iman mereka menghalangi mereka untuk tidak diazab selama-lamanya.
Di antara orang-orang yang durhaka ada yang tertipu, dengan berkata, “Sesungguhnya Allah itu murah hati.
Karena itu, kita bisa mengandalkan ampunan-Nya.” Boleh jadi mereka berkata seperti itu karena tertipu oleh kebaikan bapak-bapak mereka.
Para ulama berkata, “Barangsiapa mengharapkan sesuatu, tentu dia akan mencarinya. Barangsiapa takut sesuatu, tentu dia menghindarinya.
Barangsiapa mengharapkan ampunan dengan cara memaksa, berarti dia orang yang tertipu.”
Baca Juga: Pelajaran dari Kisah Nabi Isa tentang Dunia yang Menipu
Mengapa Kita Tidak Takut Siksaan Allah?
Hendaklah dimaklumi, bahwa Allah dengan keluasan rahmat-Nya juga pedih siksa-Nya. Allah telah menetapkan untuk mengabadikan orang-orang kafir dalam siksa neraka.
Padahal kekufuran mereka tidak mendatangkan mudharat terhadap-Nya. Allah juga menetapkan penyakit dan cobaan kepada hamba-hamba-Nya di dunia, padahal Dia berkuasa untuk menghilangkan penyakit itu.
Kemudian Dia membuat kita takut terhadap siksa-Nya. Lalu, mengapa kita tidak takut?
Takut dan berharap merupakan dua kemudi yang membangkitkan amal. Apa yang tidak bisa membangkitkan amal adalah sesuatu yang menipu.
Jelasnya, harapan segolongan manusia bisa membangkitkan patriotism mereka dan siap mengenyahkan kedurhakaan.
Yang aneh, orang-orang pada periode pertama banyak yang beramal dan juga takut. Tetapi orang-orang pada zaman sekarang memiliki sedikit iman dan mereka sangat tenang.
Apakah menurut pendapatmu bahwa mereka mengetahui kemurahan hati Allah, sementara para nabi dan orang-orang yang shalih tidak mengetahuinya?
Andaikan urusan ini dapat diketahui hanya dengan khayalan, tentunya mereka tidak perlu berpayah-payah dan tidak perlu banyak menangis.
Baca Juga: Kajian Islam: April Mop Ditinjau dalam Perpektif Syariat Islam
Bukankah Ahli Kitab dicela karena sikap yang seperti ini?
Firman Allah, “Mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, ‘Kami akan diberi ampunan’.” (Al-A’raf: 169).
Sedangkan orang yang tertipu karena keshalihan bapak-bapaknya, maka apakah dia tidak ingat kisah Nabi Nuh Alaihis salam beserta anaknya, Ibrahim Alaihis salam beserta bapaknya dan nabi-nabi lainnya?
Yang mirip dengan orang-orang yang tertipu ini adalah mereka yang tertipu oleh orang-orang yang memiliki ketaatan dan kedurhakaan.
Hanya saja, kedurhakaan mereka lebih banyak, lalu orang-orang yang tertipu ini mengira bahwa kebaikan mereka lebih kuat, sehingga engkau melihat salah seorang di antara mereka ada yang mensedekahkan satu dirham,
padahal justru mendapatkan kemurkaan yang berlipat kali lebih banyak daripada pahala sedekahnya, karena boleh jadi apa yang dia sedekahkan itu berasal dari barang curian.
Dia hanya mengandalkan pada sedekah itu.
Keadaan tak berbeda dengan orang yang meletakkan satu dirham di satu telapak tangannya dan meletakkan seribu dirham di telapak tangan lainnya,
lalu dia berharap agar yang satu dirham itu sama dengan yang seribu dirham.
Di antara mereka ada yang beranggapan bahwa ketaatannya lebih banyak daripada kedurhakaannya, hingga menyebabkannya menghitung-hitung jumlah kebaikannya
dan lupa menghitung keburukannya serta tidak mencari-cari dosanya, layaknya orang yang memohon ampunan kepada Allah dan bertasbih dengan seratus kali dalam sehari,
sedangkan sisa waktunya yang lain dia pergunakan untuk menggunjing orang-orang Muslim dan mengobrol hal-hal yang tidak diridhoi.
Dia hanya melihat keutamaan istighfar dan tasbih, tetapi tidak melihat hukuman gunjingan dan perkataan yang dilarang.
Itulah sekelumit hal-hal yang menipu manusia di dunia. Semoga Sahabat Muslim terhindar dari tipuan yang melenakan.[ind]
sumber: Buku Minhajul Qashidin, Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, Ibnu Qudamah, (penerbit Al-Kautsar, tanpa tahun).