SIAPA Khadijah binti Khuwailid? Ia adalah Ummul Mukminin, pemimpin kaum wanita seluruh alam pada masanya. Ummul Qasin bin Khuwailid bin Asan bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab Al-Qurasyiyah Al-Asadiyah. Ibu anak-anak Rasulullah. orang pertama yang beriman dan percaya kepada beliau sebelum siapa pun juga.
Baca Juga: Khadijah, Wanita dengan Hati Penuh Kasih
Siapa Khadijah binti Khuwailid?
Ia memiliki banyak sekali keutamaan, dan termasuk di antara wanita sempurna. Ia wanita berakal, mulia, patuh beragama, terjaga, dan mulia. Termasuk salah satu penghuni surga.
Nabi memuji dan melebihkannya di antara seluruh ummahatul mukminin (istri-istri beliau). Beliau begitu mengagungkannya, hingga Aisyah menuturkan, “Aku tidak cemburu pada seorang wanita pun seperti rasa cemburuku pada Khadijah, karena Rasulullah sering kali menyebutnya.”
Di antara bentuk kemuliaan Khadijah di mata Nabi; beliau tidak menikahi seorang wanita pun sebelumnya, beliau mendapatkan sejumlah anak darinya, dan beliau tidak memadunya hingga ia meninggal dunia.
Beliau dirundung kesedihan karena kehilangannya. Karena, ia adalah sebaik-baik pendamping. Ia menfkahi beliau, dan beliau berdagang untuknya.
Zubair bin Bakkar, “Di masa Jahiliyah, ia dipanggil Ath-Thahirah (wanita suci). Ibunya adalah Fatimah binti Zaidah Al-Amiriyyah.”
Sebelumnya, Khadijah menikah dengan ABu Halah bin Zararah At-Tamimi. Setelah Abu Halah meninggal, ia menikah dengan Uaiq bin Abid bin Abdullah bin Amr bin Makhzum.
Lalu setelah itu, ia menikah dengan Nabi. Rasulullah menggaulinya saat beliau berusia dua puluh lima tahun. Khadijah lebih tua lima belas tahun dari beliau.
Khadijah lahir di Ummur Qura (Mekah) Sekitar lima belas tahun sebelum tahun gajah.
Khadijah, wanita yang memiliki hati nan bersih dan jiwa nan rela suatu ketika merenung seorang diri. Ia mengulang pita rekaman memori-memori masa lalu.
Meski ia sukses dengan cemerlang -berkat karunia Allah- di bidang niaga, hingga kafilah dagang miliknya yang bergerak menuju Syam setara dengan seluruh kafilah dagang kaum Quraisy.
Hanya saja, ia tidak merasa bahagia. Ini karena hatinya memerlukan belak sebagai penghidupan kalbu. Selain iut, beberpaa kali ia gagal membina rumah tangga di saat hatinya menginginkan kehidupan rumah tangga luhur yang penuh dengan pengorbanan, cinta, dan pemberian.
Sebelumnya, Khadijah menikah dengan Abu Halah bin zararah At-Taimi. Dengan segala yang dimiliki, ia menginginkan suaminya menjadi pemimpin di tengah-tengah kaumnya.
Hanya saja, kematian memutuskan harapan itu. Suaminya meninggal dunia setelah memberikan anak bernama Hindun.
Selang beberapa lama, salah seorang lelaki terhormat Quraisy datang meminangnya. Ia adalah Utaiq bin Abid bin Abdullah Al-Makhszumi.
Setelah itu, Utaiq menikahinya. Sayang, pernikahan ini tidak bertahan lama, hingga Khadijah, pemimpin kaum wanita Quraisy, itu hidup menjanda padahal ia adalah idaman para lelaki terhormat di tengah-tengah kaumnya.
Namun, dalam lubuk hati ia merasa bahwa takdir tengah menyembunyikan hal besar untuknya. Yang akan membuatnya melupakan segala duka nestapa masa lalu, dan memasukkan kebahagian ke dalam hati. [w/Cms]
Sumber : Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Syaikh Mahmud Al-Mishri, Ummul Qura