KARANG dan buih merupakan pemandangan yang lumrah di tepian pantai. Bedanya, karang kokoh menghadang ombak, sementara buih hanya ikut kemana pun ombak pergi.
Ada dua pemandangan yang biasa berlangsung di tepian pantai. Satu pemandangan tentang sosok karang yang kokoh dan tegar. Satunya lagi buih yang selalu terombang-ambing dipermainkan ombak.
Perumpamaan itu boleh jadi mirip dengan keadaan kita, umat Islam. Ada sosok-sosok yang kokoh dan tegar. Ada pula yang hanya ‘hanyut’ seperti buih.
Buih tidak peduli tentang siapa yang membuatnya terombang-ambing. Tidak peduli juga tentang kemana arah dirinya diombang-ambingkan.
Yang dianggap penting oleh buih adalah posisinya yang selalu tampak di permukaan. Ia terlihat banyak dan mendominasi, tapi sesungguhnya kosong tanpa isi.
Perumpamaan seperti buih ini pernah disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Umat Islam suatu saat nanti, menurut Rasul, seperti hidangan yang diperebutkan banyak orang.
Seorang sahabat bertanya, apakah saat itu kita sedikit, ya Rasulullah? Bahkan kalian sangat banyak, jawab Rasul. Tapi, banyaknya itu seperti buih yang hanyut di atas permukaan air.
Potret itu sepertinya cocok dengan keadaan kita saat ini. Umat Islam mayoritas, tapi hanya di atas permukaan aliran yang dibuat orang lain. Kemana aliran itu mengalir, ke situ pula kita tertuju.
Umat seolah hanya dibutuhkan ketika diperlukan. Persis seperti tebu yang dihisap manisnya saja, dan dibuang ketika sudah jadi ampas.
Kenapa bisa seperti buih? Menurut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena kita terhinggapi penyakit wahan.
Seorang sahabat Nabi bertanya, apa itu wahan, Ya Rasulullah? Wahan adalah cinta dunia dan takut mati.
Ketika kita tidak ingin ada risiko perjuangan, ketika kita ingin sekadar cari selamat, sata itulah kita tak ubahnya seperti buih.
Memang terlihat dominan di atas permukaan. Memang akan menjadi selamat karena tidak mengalami benturan. Tapi, sedikit pun tak memiliki bobot untuk bisa dianggap penting.
Akhirnya, pilihan kembali ke diri kita masing-masing. Mau menjadi buih yang tetap rileks diombang-ambing ombak dan gelombang. Atau menjadi karang yang tegar menghadapi benturan. [Mh]