MASA suci haid, bagaimana cara menentukannya? Ustaz, saya mau bertanya, saya pasien pasca caesar. Tanggal 12 Agustus malam, haid saya tidak normal semenjak melahirkan karena waktu nifas itu, saya haid 2 minggu setelah melahirkan.
Lalu, bercak terus sampai tanggal 17 September haid banyak sampai tanggal 25-26 kalau tidak salah, kemudian berhenti, lalu haid lagi tanggal 1 – 9 Oktober. Tanggal 14 ini saya haid lagi setelah berhubungan tanggal 13 malam.
Pertanyaan saya, manakah darah haid dan darah bukan haid? Dan kapan waktu saya harus shalat?
Baca Juga: Sudahkah Benarkah Cara Kita Bersuci Setelah Masa Haidh Usai ?
Ustaz Farid Nu’man Hasan menjawab mengenai masalah seperti ini terkait bagaimana mengetahui akhir haid dulu.
Ada beberapa cara pendekatan sederhana untuk mengetahuinya sesuai keadaan masing-masing haid wanita sehingga masalah ini tidak bisa dipukul rata.
Masa Suci Haid bagi yang Haidnya Lancar
Bagi wanita yang haidnya lancar, maka yang menjadi batasan adalah kebiasaan durasi haidnya.
Sesuai kaidah, Al ‘Aadah Muhakkamah: adat/kebiasaan itu bisa menjadi standar hukum
Jadi, jika kebiasaan seorang wanita haidnya 7 hari, maka itu menjadi standarnya. Jika dia sudah berhenti darahnya sebelum hari 7, maka jangan terburu-buru merasa sudah suci.
Dia masih berlaku hukum-hukum haid, di antaranya larangan shalat, shaum, dan jima’ sehingga kalau dia tidak shalat pada hari ke-6, maka tidak ada qadha.
Jika baru berhentinya setelah hari 7, atau sudah berhenti tapi keluar lagi, maka darah yang keluar selebihnya dugaan kuatnya adalah darah istihadhah, atau sisa darah haid yang lalu, bukan darah haid itu sendiri.
Dia sudah suci dan tidak lagi berlaku lagi hukum hukum haid. Maka, sudah wajib lagi shalat, boleh shaum, dll. Ini relatif mudah.
Haid Tidak Lancar
Bagi wanita yang haidnya error. Kadang 4 hari, kadang 6 hari, pernah 10 hari, dsb, dan error ini memang menjadi kebiasaannya. Caranya dengan memperhatikan warna darahnya, sebab darah haid itu sudah dikenal. Ada pun maksimal menurut jumhur ulama adalah 15 hari, selebih itu adalah istihadhah/penyakit.
Hal ini sesuai hadits:
فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِي عَنْ الصَّلَاةِ فَإِذَا كَانَ الْآخَرُ فَتَوَضَّئِي وَصَلِّي
“Apabila darah haid maka darah itu berwarna hitam dan dikenal. Apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkanlah shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhulah dan shalatlah”. (HR. Abu Daud No. 261, hasan)
Sehingga, pada masa-masa tidak keluar darah, dia dihukumi suci, maka boleh shalat, shaum, dll. Sebaliknya, pada masa keluar darah dihukumi haid. Dengan syarat, sifat darahnya memang dikenal sebagai darah haid. Ini memang agak ribet apalagi terjadi sepanjang tahun.
Masa Suci Bagi yang Teratur Lalu Error
Bagi wanita yang tadinya teratur lalu berubah menjadi ereor haidnya gara-gara obat, KB, dll.
Maka, pendekatan pertamanya adalah dengan mengikuti kebiasaannya dulu, sebab pada awalnya memang teratur. Ini sebagai antisipasi bahwa dia masih teratur.
Tapi, jika akhirnya error, maka barulah dengan cara mengenali sifat darahnya, sebagaimana hadits Abu Daud di atas. Lalu berobatlah atau konsultasi dengan dokter agar kembali normal.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]