ChanelMuslim.com Kita biasanya melihat perjalanan malam Isra Mi’raj sebagai pengalaman ajaib dan hadiah surgawi untuk Nabi Muhammad (SAW) di waktu tergelapnya. Namun, kesempatan itu bisa menjadi perjalanan spiritual bagi setiap Muslim yang ingin melihatnya dari sudut pandang lain.
Isra` dan Mi’raj, meskipun pengalaman fisik eksklusif bagi Nabi Muhammad, mencirikan banyak aspek Islam.
Al-Israa ‘ Semuanya Tentang yang Tak Terlihat
Oleh karena itu, sangat mungkin bagi umat Islam untuk mengalami perjalanan dan mengambil bagian dari berkah dan karunia spiritualnya. Perjalanan dapat dilihat secara simbolis untuk mewakili perjalanan kita sendiri di dunia menuju kebangkitan.
Perjalanan spiritual kita sendiri di dunia ini ke alam selanjutnya, dapat dilihat sebagai refleksi dari Isra` dan Mi’raj Nabi. Namun demikian, kita tidak harus melakukan perjalanan melalui ruang dan waktu untuk mencapai hadirat ilahi atau untuk melihat tanda-tanda-Nya.
Tanda-tandanya ada di mana-mana bagi mereka yang merenung.
“Dan Dia memperlihatkan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepadamu. Lalu tanda-tanda (kebesaran) Allah yang mana yang kamu ingkari?”(QS. Al Mu’min:81)
Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Naml: 93)
Di banyak bagian dalam Al Qur’an, Allah mengundang kita untuk merenungkan tanda-tanda-Nya. Hanya mereka yang mengamati dan merenung yang dapat melihat bahwa alam semesta seluruhnya terdiri dari tanda-tanda Allah dan membuktikan kebenaran-Nya.
Beberapa tanda Allah yang kita alami setiap hari disebutkan dalam firman Allah,
“Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya),” (QS. An Nahl:10-12)
Hadirat Ilahi
Isra` dimulai dari Masjidil Haram dengan ciri-ciri inisiasi tertentu. Hati Nabi Muhammad dibasuh dan disucikan dan diisi dengan hikmah dan iman sebagai persiapan untuk pertemuan ilahi dengan Allah Yang Maha Kuasa.
Demikian pula, Muslim yang ingin mencapai kehadiran ilahi Allah harus menyucikan hati mereka, berjuang di jalan Allah melawan semua godaan, berdiri teguh di hadapan penderitaan, dan menunjukkan ketabahan iman.
Allah Yang Maha Kuasa berkata,
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”. (QS. Ali ‘Imran:195)
Wajah orang-orang yang berbahagia pada Hari Kiamat akan berbinar, bersuka cita dan bergembira, wajah-wajah itu akan melihat Penciptanya dan pemegang urusannya, maka wajah-wajah itu mendapatkan kenikmatan karenanya.(QS. Al Qiyamah:23)
Jarir Ibn Abdullah meriwayatkan, “Nabi datang kepada kami pada malam bulan purnama dan berkata, ‘Kamu akan melihat Tuhanmu pada Hari Kebangkitan seperti yang kamu lihat ini (bulan purnama)” (HR.Bukhari)
Kesucian hati dan ketabahan iman karena itu mewakili Mi’raj kita sendiri terhadap Tuhan kita, Sang Pencipta.
Namun ini tidak berarti bahwa seorang Muslim yang benar-benar ingin datang di hadapan Tuhannya dan bersekutu dengan-Nya, harus menunggu pahala yang luar biasa ini di akhirat. Setiap Muslim dapat mencapai kehadiran ilahi melalui shalat.
Nabi (SAW) bersabda, “Ketika ada di antara kalian berdiri dalam shalat, dia sedang berkomunikasi dengan Tuhannya, jadi biarkan dia memperhatikan bagaimana dia berbicara kepada-Nya” (HR.Bukhari)
Pesan Universal
Fakta bahwa Nabi Muhammad memimpin para nabi dan rasul Allah dalam sholat, menunjukkan dua hal. Pertama, bahwa semua nabi dan rasul diutus oleh Allah. Karena itu kita harus beriman pada semuanya dan menghormati mereka.
Kedua, pesan yang dengannya Nabi datang, Islam, adalah yang terakhir dari semua agama surgawi dan, dengan demikian, merupakan agama universal yang harus dijalankan semua orang sampai hari kiamat.
Isra` dan Mi’raj mengandung banyak makna yang agung dan luhur. Makna tersebut tidak hanya relevan bagi Nabi tetapi bagi semua Muslim dan mukmin.
Di masa Nabi, perjalanan itu membawa kabar gembira bagi orang-orang beriman dan memperkuat keimanan mereka.
Demikian pula, saat memperingati kesempatan ini, umat Islam diinstruksikan untuk mengingat bahwa bagi kita, Isra` dan Mi’raj melambangkan perjalanan batin menuju lubuk hati kita, mencari Allah Yang Maha Kuasa, yang dengannya kita akan dapat menyadari diri kita. Perjalanan terakhir menuju kebahagiaan abadi, datang ke hadirat-Nya.
Di atas adalah kutipan dari artikel asli yang diterbitkan di https://www.dar-alifta.org
[My/aboutislam.net]