ChanelMuslim.com – Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui Program Tepian Negeri menerima donasi dari Wardah dalam rangkaian promo Film Ketika Mas Gagah Pergi membangun sekolah Madrasah Tsanawiyah MTS Insan Cita Moru yang ditargetkan bisa rampung pada awal tahun 2016 mendatang.
Dalam siaran persnya disampaikan bahwa proses pembangunan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Insan Cita Moru terus dikebut, meski musim penghujan sudah tiba. Harapannya, jelang tahun baru 2016 gedungnya sudah bisa digunakan aktivitas belajar mengajar. Sebab di gedung sekolah lama yang masih numpang, bila hujan turun sebagian ruangannya bocor dan kerap menanggu konsentrasi belajar.
Menurut Arapah Laka, Relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT), demi memuluskan target, sejumlah tukang dikerahkan dengan membuat kemah untuk berteduh sementara berbahan terpal agar bisa terus bekerja merampungkan bangunan baik siang hari maupun malam. “Insya Allah, bulan Januari tahun depan bangunannya bisa selesai,” ujar Arapah.
Nasrudin Kinanggi, Raja Kui Kecamatan Alor Barat Daya (Abad), turut andil dalam proyek pembangunan sekolah MTs Insan Cita Moru. Baginya masa depan anak-anak Moru adalah segala-galanya. Karenanya saat ada info ACT berminat membangun sekolah MTs Moru, Nasrudin menyambut dengan menyediakan lahan untuk bangunan sekolah. Kebetulan lahan ini terletak di sekitar Masjid Nurul Huda, di Jalan Banla Kinanggi, Kelurahan Moru, Kecamatan Abad, Kabupaten Alor. Di lokasi ini juga terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI) Babul Jihad yang dibangun sejak tahun 1959, sehingga semakin terasa nuansa pendidikannya.
Perjalanan panjang untuk mendirikan madrasah di tanah Moru ini, tidak semudah yang dibayangkan akibat kekurangan sumber daya manusia (SDM) yang ada sehingga untuk membangun SDM yang handal diperlukan hadirnya suatu lembaga pendidikan yang berbasis agama untuk menopang SDM yang berakhlakul karimah.
“Semangat dalam pengabdian terhadap agama dan kampung halaman ini yang mendorong guru-guru dan murid bahu membahu untuk merealisasikan mimpi yang diharapkan yakni gedung sekolah yang baru, selama ini anak-anak kami selalu dihinakan dengan kata-kata yang sangat menyakitkan dan beberapa anak pun mundur dari sekolah akibat perkataan yang tidak pantas,” ujar Nasrudin.
Sesuai jadwal yang disepakati sebelumnya, setiap Sabtu dan Minggu berlangsung gotong-royong massal yang melibatkan wali murid, pihak sekolah, remaja masjid, remaja gereja Moremam yang dipimpin oleh Fransiskus Kafelau, S.Pd, aparat keamanan dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan sekolah.
Nuansa toleransi tercermin di Moru. “Masyarakat Moru budaya kekeluargaannya begitu kuat, setiap mendirikan prasarana umum dikerjakan dengan kerja bakti. Seperti sekarang ini saat umat Islam membangun Sekolah MTs, para pemuda gereja ikut membantu, begitu pula sebaliknya,” ujar Usman Plaikari, tokoh masyarakat Moru.
Semoga segera selesai. #PendidikanTepianNegeri
(jwt/act)