Chanelmuslim.com – Mempelajari tanda-tanda kiamat, selama bersumber dari nash yang shahih, tidak tergolong pada kegiatan yang sia-sia. Karena hal tersebut merupakan bagian dari keimanan kepada yang ghaib.
Di antara manfaat mempelajari tanda-tanda atau asyrath tersebut adalah;
1. Merupakan bagian dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena, mempelajari dari nash yang shahih merupakan membenarkan berita yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya. “Kitab (Alquran) ini tiada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib.” (QS. Al-Baqarah: 2-3)
2. Bila hal-hal gaib itu terjadi sesuai dengan berita-berita tersebut, dapat memperkuat dan meneguhkan iman. Contoh, peristiwa kemenangan bangsa Romawi atas Persia yang pernah disampaikan Alquran. Juga apa yang disampaikan Rasul bahwa kaum muslimin menang terhadap bangsa Romawi dan Persia, terjadi perpecahan umat pada tahun yang ditentukan Rasul saw., dan lain-lainnya.
3. Meneguhkan iman terhadap hari kiamat. Iman terhadap hari kiamat adalah salah satu dari enam pilar iman. Terjadinya peristiwa di dunia sesuai dengan yang dibawa oleh nash adalah dalil yang jelas dan nyata akan kebenaran semua berita, termasuk mengenai kiamat. Karena semua berasal dari Allah swt.
4. Allah mengutus Rasul-Nya sebagai penunjuk kepada kebaikan sekaligus pemberi peringatan terhadap kejahatan. Rasulullah saw. telah membimbing para sahabat dengan menunjukkan cara ideal yang harus mereka tempuh dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya.
Dalam berita mengenai hal gaib di masa depan, terdapat bimbingan bagi umat yang datang setelahnya: bagaimana menyikapi kejadian-kejadian yang kadang-kadang tersembunyi kebenarannya.
Contoh, kabar gembira bahwa Usman akan masuk surga atas ujian yang menimpanya, berita bahwa ‘Ammar akan dibunuh oleh golongan yang membangkang, perintah kepada Abu Dzar agar meninggalkan fitnah dan tidak ikut berperang. Hal ini terdapat dalam hadits riwayat Hudzaifah yang bertanya kepada Rasul tentang kejahatan karena khawatir mengenainya.
Dari hadits ini pula diketahui larangan Rasul terhadap kaum muslimin untuk mengambil sesuatu dari gunung emas yang akan ditemukan di sungai Eufrat pada akhir zaman. Beliau juga mengabarkan kepada para sahabat tentang hakikat Dajal, menjelaskan kerancuan yang dibawanya, sekaligus menerangkan bagaimana menyikapinya dengan benar.
5. Kebutuhan akan penjelasan secara syariat tentang kejadian di masa depan. Contoh, berita dari Rasulullah saw. bahwa Dajal menetap di bumi selama empat puluh hari. Seharinya sama dengan setahun, sehari berikutnya sama dengan sebulan, sehari berikutnya sama seperti seminggu, dan sisanya sama dengan hari biasa. Para sahabat bertanya bagaimana shalat di hari yang panjangnya di luar kebiasaan itu, apakah cukup sehari seperti waktu biasa? Rasul menjelaskan, “Tidak. Ukurlah menurut ukurannya.”
6. Memenuhi yang menjadi fitrah manusia. Dalam diri manusia terdapat keinginan yang kuat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan menimpa dirinya, umat manusia, dan kemanusiaan.
Hal itulah yang menjadikan para pemimpin atau orang kebanyakan yang akhirnya berkonsultasi dengan dukun, peramal, dan sejenisnya. Dalam hal inilah Allah swt. mendatangkan kebenaran yang memuaskan.