ChanelMuslim.com- Entah direkayasa atau tidak, sepertinya tak ada tempat bagi Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan untuk bisa berkreasi dalam kepemimpinannya. Nyaris, apa pun yang digagas dan diprogramkan Anies selalu dihujat seolah ingin mempertontonkan ke publik bahwa mantan Mendikbud ini tidak becus.
Ada apa dengan itu semua? Perhatikanlah rentetan program Anies di DKI Jakarta yang selalu digempur habis-habisan. Mulai dari pelebaran trotoar jalan protokol yang dianggap bikin tambah macet, pengolahan taman monas yang dianggap mengubah simbol sejarah, pembatasan akses ke dan dari DKI untuk mengurangi penyebaran wabah corona yang dianggap menelantarkan penumpang, bantuan sosial satu paket satu keluarga di masa PSBB yang dianggap menyalahi data, kebijakan PPDB yang dituduh tidak sesuai Juknis Kemendikbud, dan terakhir, pembangunan reklamasi pantai Ancol yang dinilai menyalahi janji kampanye saat Pilgub DKI.
Dan perhatikanlah, satu per satu semua hujatan, gempuran, bahkan mungkin bisa dibilang rongrongan itu berhenti dengan sendirinya sejalan dengan bukti-bukti yang belakangan terlihat nyata di balik program itu.
Warga DKI Jakarta begitu menikmati trotoar luas yang memanjakan pejalan kaki. Kalau kita berjalan di kawasan Sudirman dan MH Thamrin serasa berjalan di negara lain. Begitu nyaman, begitu apik.
Begitu pun dengan taman monas yang akan memberikan kesan keren lain tentang Jakarta dan Indonesia. Tentang kebijakan pembatasan akses tranportasi umum DKI di tengah pandemi, justru model inilah yang akhirnya menjadi contoh untuk kota-kota lain. Dan tentang kebijakan paket bansos per keluarga, bukan per orang, justru model inilah yang membuktikan bahwa warga DKI paling bahagia daripada warga lain di Indonesia dalam bantuan sosial pandemi.
Tidak terdengar teriakan warga DKI yang kekurangan pangan. Justru sebaliknya, begitu banyak warga yang merasa berlebih dengan aneka sembako yang mereka terima. Rutin, dan ditargetkan terus berlangsung hingga akhir tahun ini.
Begitu pun proses Pendaftaran Peserta Didik Baru atau PPDB yang baru saja berakhir. Nyatanya, hampir tidak terdengar warga DKI yang mempersoalkan kebijakan ini. Tidak ada warga yang merekayasa Kartu Keluarga, Surat Keterangan Domisili seperti yang terjadi di daerah lain di luar Jakarta demi akal-akalan menyiasati sistem zonasi PPDB.
Dan kini, isu terakhir masih terus dimainkan, setidaknya untuk saat ini. Yaitu, menggugat kebijakan Anies Baswedan tentang reklamasi pantai Ancol yang dianggap menyalahi janji kampanye. Dikatakan bahwa Anies dipililh warga Jakarta karena menentang reklamasi, tidak seperti yang dilakukan gubernur-gubernur sebelumnya.
Aneh bin ajaib. Program reklamasi pantai Ancol sudah dicanangkan sejak Februari lalu, tapi rongrongannya baru sekarang. Untuk apa reklamasi? Bukan untuk membangun permukiman misterius seperti yang pernah dilakukan di reklamasi sebelumnya. Melainkan, untuk membangun sarana edukasi masyarakat berupa museum sejarah Nabi Muhammad Saw. dan peradaban Islam.
Di dunia, museum jenis ini hanya ada di wilayah Timur Tengah seperti Arab Saudi. Jumlahnya sekitar 25 museum. Dan pembangunan ini di pantai reklamasi Ancol merupakan museum pertama yang dibangun di luar kawasan Timur Tengah. Liga Muslim Dunia menyetujui pembangunan museum yang menjadi khazanah edukasi dan budaya Islam ini dibangun di Indonesia. Di lokasi ini pula, akan dibangun sebuah masjid terapung yang akan menjadi daya tarik wisata domestik dan mancanegara.
Direncanakan, museum ini akan menjadi sarana edukasi dan wisata keluarga yang bertaraf internasional. Dan itu akan mendatangkan devisa untuk negara. Bukan untuk keuntungan konglomerat seperti yang dilakukan pada reklamasi sebelumnya.
Tidak heran jika ormas Islam besar seperti Muhammadiyah langsung menyatakan dukungan terhadap program Anies ini. Karena hal itu akan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa religius dan menjunjung tinggi peradaban dunia.
Lalu, kenapa harus dirongrong program yang luar biasa ini. Apakah pihak-pihak yang tidak suka ini menghujat karena reklamasinya, atau jangan-jangan karena program museumnya yang mengangkat tema peradaban Islam.
Lebih repot lagi jika hujatan bukan karena semua itu. Tapi lebih karena sosok Aniesnya. Apa pun programnya, selama dilakukan Anies Rasyid Baswedan, akan ada konsistensi rongrongan. (Mh)