ChanelMuslim.com – Saat-saat terakhir ketika Rasulullah sakit. Pada saat-saat itulah, sakit Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam semakin bertambah berat, sehingga Usamah menghentikan pasukan di tempat perkemahan tersebut seraya menantikan apa yang akan diputuskan oleh Allah dalam masalah ini.
Permulaan sakit Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Sa‘ad dari Abu Muwahibah, mantan budak yang dimerdekakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengutusku pada tengah malam seraya berkata: Wahai Abu Muwaihibah, aku diperintahkan untuk memintakan ampunan bagi penghuni (kuburan) Baqi‘ ini, maka marilah pergi bersamaku.
Kemudian aku pergi bersama beliau. Ketika kami sampai di tempat mereka, beliau mengucapkan:
“Assalamu‘alaikum ya ahlal maqabir! Semoga diringankan (siksa) atas kalian sebagaimana apa yang dilakukan manusia, Berbagai fitnah datang seperi gumpalan-gumpalan malam yang gelap, silih berganti yang akhir lebih buruk dari yang pertama.“
Kemudian beliau menghampiriku seraya bersabda: “Sesungguhnya aku diberi kunci-kunci kekayaan dunia dan keabadian di dalamnya, lalu aku disuruh memilih antara hal tersebut atau bertemu Rabb-ku dan surga.“
Aku berkata kepada beliau: Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, ambillah kunci-kunci dunia, dan keabadian di dalamnya kemudian surga.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Demi Allah tidak wahai Abu Muwahibah! Aku telah memilih bertemu dengan Rabb-ku dan surga.“
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam memintakan ampunan untuk penghuni Baqi’ dan meninggalkan tempat. Sejak itulah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mulai merasakan sakit yang kemudian beliau meninggal dunia.
Pertama kali Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merasakan sakit keras di bagian kepalanya. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha bahwa sepulangnya dari Baqi‘, Nabi shallallahu alaihi wa sallam disambut oleh Aisyah radhiyallahu anha seraya berkata:
“Aduh kepalaku sakit sekali! Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Aisyah: Demi Allah wahai Aisyah, kepalaku sendiri terasa sakit. Sakit di bagian kepala itu semakin bertambah berat sehingga menimbulkan demam yang sangat serius.
Baca Juga: Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah (Bagian 6-selesai)
Saat-saat Terakhir Ketika Rasulullah Sakit
Permulaan sakit ini terjadi pada akhir-akhir bulan Shafar tahun ke-11 Hijriah. Pada waktu itu, Aisyah radhiyallahu anha senantiasa menghampirinya dengan sejumlah ayat-ayat alquran yang berisi mu‘awwidzat (permintaan perlindungan kepada Allah).
Bukhari dan Muslim mneriwayatkan dari Urwah bahwa Aisyah radhiyallahu anha mengabarkan, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila merasakan sakit beliau meniup dirinya sendiri dengan mu‘awwidzat dan mengusapkan dengan tangannya.
Dan ketika mengalami sakit kepala yang kemudian disusul kematiannya itu, akulah yang meniup dengan mu‘awwidzat yang biasa digunakannya lalu aku usap dengan tangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Para istri beliau memahami keinginan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk dirawat di rumah Aisyah karena mereka tahu Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat mencintainya dan merasa tenteram dirawat olehnya.
Dengan izin dari para istri beliau, akhirnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam dipindahkan ke rumah Aisyah dan rumah Maimunah dengan dipapah oleh al Fadhal dan Ali bin Abi Thalib.
Di rumah Aisyah radhiyallahu anha, sakit Rasululah shallallahu alaihi wa sallam semakin bertambah keras. Mengetahui para sahabatnya sudah mulai cemas dan bersedih karena dirinya maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Siramkanlah aku dengan tujuh qirbah air karena aku ingin keluar berbicara kepada mereka.“
Aisyah ra berkata: “Kemudian aku dudukkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam di tempat mandi, lalu kami guyur dengan tujuh qirbah air tersebut sampai beliau mengisyaratkan dengan tangannya: cukup.“
Kemudian beliau keluar dan berkhutbah kepada mereka. Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar dengan kepala terasa pusing lalu duduk di atas mimbar. Pertama-tama, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa dan memintakan ampunan untuk para Mujahidin Uhud, lalu bersabda:
“Seorang hamba diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kekayaan dunia atau apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba itu memilih apa yang ada di sisi-Nya.“
Serta merta Abu Bakar menangis (karena mengetahui apa yang dimaksud Nabi shallallahu alaihi wa sallam) seraya berkata dengan suara keras: Kami tebus engkau dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tunggu sebentar wahai Abu Bakar! Wahai manusia, sesungguhnya orang yang paling bermurah hati kepadaku dalam hartanya dan persahabatannya ialah Abu Bakar.
Seandainya aku hendak mengangkat orang sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu Bakarlah khalilku, akan tetapi persaudaraan yang sejati adalah persaudaraan Islam.
Tidak boleh ada Khaukah (lorong) di masjid kecuali Khaukah (lorong) Abu Bakar. Sesungguhnya aku adalah tanda pemberi petunjuk bagi kalian dan aku menjadi saksi atas kalian.
Demi Allah, sesungguhnya sekarang ini aku melihat telagaku. Sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci dunia.
Demi Allah, aku khawatir kalian akan menjadi musyrik sesudahku tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kembali ke rumah dan sakitnya bertambah berat. Aisyah radhiyallahu anha berkata:
Pada waktu sakit, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berkata kepadaku: Panggillah kemari Abu Bakar, bapakmu dan saudaramu sehingga aku menulis sesuatu wasiat. Sebab aku khawatir ada orang yang berambisi mengatakan: “Aku lebih berhak“, padahal Allah dan orang-orang Mukmin tidak rela kecuali Abu Bakar.
Ibnu Abbas meriwayatkan katanya: Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang sakit keras, beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di dalam rumah:
Kemarilah aku tuliskan sesuatu wasiat buat kalian di mana kalian tidak akan sesat sesudahnya. Kemudian sebagian mereka berkata, sesungguhnya Rasululah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan sakit keras sedangkan di sisi kalian ada alquran, cukuplah bagi kita Kitab Allah.
Maka timbullah perselisihan di antara orang-orang yang ada di dalam rumah. Di antara mereka ada yang berkata: Mendekatlah, beliau hendak menulis suatu wasiat buat kalian di mana kalian tidak akan sesat sesudahnya. Di antara mereka ada juga yang mengatakan selain itu.
Mendengar perselisihan itu bertambah sengit dan gaduh, akhirnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Bangkitlah kalian.
Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sudah tidak kuat lagi keluar untuk mengimami shalat, maka beliau bersabda: “Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami shalat.“
Aisyah radhiyallahu anha menyahut: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Bakar seorang yang lembut. Jika dia menggantikanmu, maka suaranya tidak dapat didengar oleh orang.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Kalian memang seperti perempuan-perempuan Yusuf. Perintahkan Abu Bakar supaya mengimami shalat jamaah.“
Setelah itu, Abu Bakarlah yang bertindak sebagai Imam shalat jamaah. Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merasa sudah agak enak badan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam keluar kemudian mendapati Abu Bakar sedang mengimami shalat jamaah.
Melihat kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini, lalu Abu Bakar mundur tetapi diberi isyarat oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam agar tetap di tempatnya.
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam duduk di samping Abu Bakar lalu shalat mengikuti shalat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang dilakukannya dengan duduk itu, sementara itu, orang-orang shalat mengikuti shalat Abu Bakar.
Orang-orang merasa gembira karena melihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam tersebut, tetapi sebenarnya sakit beliau semakin bertambah serius dan rupanya hal itu merupakan kesempatan terakhir Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar melakukan shalat bersama orang banyak.
Ibnu Mas‘ud meriwayatkan, katanya: Aku pernah masuk membesuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau sedang sakit keras, lalu aku pegang beliau dengan tanganku seraya berkata:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengalami demam panas sekali. Jawab Nabi shallallahu alaihi wa sallam: “Ya, demam yang kurasakan sama dengan yang dirasakan oleh dua orang dari kalian (dua kali lipat).“
Aku katakan: “Apakah hal ini karena engkau mendapatkan dua pahala?“ Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab: “Ya, tidaklah seorang Muslim menderita sakitnya itu kesalahan-kesalahannya sebagaimana daun berguguran dari pohonnya.“
Dalam keadaan sakit keras seperti itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menutupi wajahnya dengan kain. Apabila dirasakan sakit sekali maka beliau membuka wajahnya lalu bersabda:
“Semoga laknat Allah ditimpakan ke atas orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.“ Seolah-olah Nabi shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan kaum Muslimin dari tindakan seperti itu.[ind]
Sumber: Buku Siroh Nabawiyah. Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy (Bagian 6/070).