ChanelMuslim.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim bahwa negaranya dapat mengatasi pandemi virus corona dengan kerusakan sesedikit mungkin dalam jangka waktu dua hingga tiga minggu.
Berbicara kepada rakyatnya dalam pidato yang disiarkan televisi kemarin, Erdogan meminta warga Turki untuk berlatih sabar dan mendukung tindakan pemerintah sembari mengatakan bahwa Turki siap untuk setiap skenario yang mungkin terjadi.
"Dengan memecah kecepatan penyebaran virus dalam dua hingga tiga minggu, kita akan melewati periode ini sesegera mungkin dan dengan kerusakan sesedikit mungkin," katanya.
Dia membuat jaminan bahwa “hari-hari cerah menanti kita, selama kita mematuhi peringatan itu, tetap berhati-hati dan tetap waspada,” menambahkan bahwa “setiap kehidupan warga negara berharga bagi kita. Itu sebabnya kami mengatakan, 'Diam di Rumah, Turki."
Presiden Erdogan juga memperluas situasi ekonomi dan implikasi yang disebabkan oleh wabah corona meyakinkan pekerja, pedagang, dan pengrajin bahwa pemerintah akan selalu mendukung mereka. Untuk mendukung populasi – khususnya keluarga berpenghasilan rendah – ia mengatakan bahwa dana pengangguran dan dana jaminan kredit akan diperkuat.
Dia mengatakan bahwa 7 miliar liras ($ 1,08 miliar) akan dialokasikan dan disediakan untuk mendukung pekerja yang mendapat upah minimum, dan 1.000 lira ($ 155) akan diberikan kepada 2 juta keluarga berpenghasilan rendah sementara pensiun minimum akan ditingkatkan menjadi 1.500 lira ($ 233).
Rekrutmen 32.000 profesional baru di sektor kesehatan juga akan dilakukan, serta penyediaan 6 juta lira ($ 930.000) untuk perusahaan yang secara lokal memproduksi bahan sanitasi seperti masker disinfektan, dan pakaian pelindung. Untuk melakukan tes lebih lanjut pada populasi Turki, ia mengatakan bahwa "satu juta alat tes cepat akan mulai digunakan dalam waktu singkat."
Hingga dua minggu lalu, Turki adalah salah satu dari sedikit negara yang tersisa yang tidak memiliki kasus infeksi virus corona yang dilaporkan, tetapi sejak orang Turki pertama terinfeksi setelah kembali dari Eropa, jumlah orang terinfeksi di negara itu melonjak hingga lebih dari 2.400, dengan 59 orang telah meninggal.[ah/memo]