Oleh: Sirat Rizhqi (Home Educator)
ChanelMuslim.com – Pernah suatu waktu saya berdiskusi dengan kakak angkatan yang sedang melakukan penelitian American Studies di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Beliau waktu itu meneliti konsep manhood (kejantanan, maskulinitas) dalam karya sastra Amerika yang berlatar era perbudakan.
Beliau cerita sedikit temuannya waktu itu. Untuk suplai maskulinitas, untuk menandai peralihan anak menjadi pemuda, masyarakat kulit putih membawa anak-anaknya ke tempat para budak menjalani hukuman. Di antara yang dipotret di novel yang ia teliti adalah hukuman kebiri untuk budak kulit hitam.
Dengan menyaksikan budak dikebiri, atau hukuman lainnya, ia telah beralih dari masa anak-anak ke masa pemuda.
Ia dikenalkan makna seorang laki-laki berarti berkuasa (boleh menindas yang lain), unggul (yang lain boleh dihinakan).
Berlangsung dari generasi ke generasi. Menjadi family tradition.
Lalu saya bertanya bagaimana suami saya dulu mendapatkan pelajaran sebagai laki-laki, apa tradisi keluarganya?
“Menyertakan anak laki-laki dalam pekerjaan laki-laki dewasa, beternak , bertani, membangun rumah, pertukangan,” ujarnya.
30-40 tahun lalu masih banyak dijumpai keluarga-keluarga di desa membangun rumah mereka sendiri, dalam artian semua dikerjakan keluarga. Dari pondasi hingga menjadi satu bangunan. Hampir setiap keluarga menguasai ilmu pertukangan.
Saya menangkap kata “menyertakan”, anak laki-laki dilibatkan dalam banyak pekerjaan sesuai kemampuannya. Tidak ada cerita “kamu belajar saja, biar Bapak dan Ibu yang mengerjakan pekerjaan.”
Memberi kesempatan anak merasakan kesulitan, mengajarkan kesederhanaan dan kemandirian, tanggung jawab tanpa meninggalkan cinta, perhatian dan kasih sayang sehingga anak menjadi tangguh.
Mendidik laki-laki berarti mendidik pemimpin.
Apakah pemimpin itu acquired atau memang terlahir sebagai pemimpin?
Dr. Thareq Al Suwaidan menyampaikan hanya 1% saja manusia yang terlahir sebagai pemimpin selebihnya adalah manusia yang dididik menjadi pemimpin.
Di antara 1% itu, kata Dr. Thareq Al Suwaidan adalah Khalid ibn Walid, Amr bin Ash.
Sedangkan 99% yang lain sangat mungkin adalah anak laki-laki kita. Mereka butuh dilatih, diberi kesempatan tumbuh menjadi pemimpin. Keluargalah tempat pertama mendidik para pemimpin.
Apakah tradisi keluarga kita sudah cukup baik untuk mendidik para calon pemimpin?
Kualitas apa yang harus dimiliki seorang laki-laki dalam Islam?
Laki-laki dalam bahasa Arab adalah Ar Rijal. Ar Rijal disinggung dalam alquran dalam surah Nur ayat 37: ‘Rijal’ ialah yang tidak dilupakan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah swt, shalat dan membayar zakat.
Begitu juga kata ‘Rijal’ disebut di dalam surah Al Ahzab ayat 33 yang menceritakan bahwa ada ‘Rijal’ yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah swt, ada yang gugur dan ada yang masih menunggu gilirannya, tanpa mengubah janjinya.
Syaikh Ali Hammuda menyampaikan ada 4 kriteria yang harus dimiliki seorang laki-laki.
1. Kehidupan akhirat selalu menjadi fokus utamanya. Ia tidak terlena dengan pekerjaannya. Sebagaimana disebutkan dalam An Nur:37, perdagangan tidak melalaikannya.
2. Seorang laki-laki dalam Islam adalah seorang yang disebutkan dalam Alquran sebagai seorang yang menepati janjinya. Ia Istiqomah dan tangguh dalam menjalani hidup, Istiqomah dalam beribadah baik dalam kesulitan maupun kemudahan, dalam lapang maupun sempit.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ahzab: 34
3. Peduli pada peka pada masalah umat, masalah sosial. Ia tidak hanya memikirkan akhiratnya, tapi juga memikirkan keselamatan akhirat dari keluarganya, masyarakatnya. Maka ia berusaha untuk menyebarkan kebaikan, memberikan nasihat dan keteladanan.
4. Al-gayur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat.
Sebagai contoh dia menasihati keluarganya (istri, anak perempuan, adik perempuan) untuk berhijab dan menjaga sholat.
Lawan dari Al gayur adalah ad-dayyuts seorang suami atau bapak yang membiarkan terjadinya perbuatan buruk dalam keluarganya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة: العاق لوالديه, والمرأة المترجلة, والديوث…”
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah (dengan pandangan kasih sayang) pada hari kiamat nanti, yaitu: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts…” (HR. An-Nasa-i)
5. Memiliki kekuatan fisik dan motivasi yang tinggi untuk menjadi seseorang yang bermanfaat.
Kelima kriteria seorang laki-laki dalam Islam ini tidak mungkin terwujud tanpa peran keluarga. Karena keluarga memiliki andil paling besar dalam pembentukan kepribadian seorang. Keluarga adalah sekolah pertama seorang anak.
Apakah keluarga kita sudah menyiapkan pendidikan terbaik untuk anak laki-laki kita?[ind]