NAMA lengkapnya Muawiyah bin Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf, biasa dipanggil Abu Abdurrahman.
Ia masyhur dengan nama Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ia lahir di Makkah tahun 20 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah Hindun binti Utbah.
Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik, badannya tinggi besar, dan kulitnya putih.
Ia masuk Islam bersama ayah, ibu, dan saudaranya, Yazid, pada saat pembebasan kota Makkah tahun 8 H.
Tentang keislamannya, ia pernah mengatakan, “Aku telah masuk Islam pada saat penandatanganan perjanjian Hudaibiyah tahun 6 H, tapi aku menyembunyikan keislamanku.”
Ia ikut dalam perang Hunain bersama Rasulullah. Beliau memberinya 100 ekor onta dan 40 uqiyah (1 uqiyah= 29,75 gram emas) dari hasil rampasan perang.
Rasulullah pernah mendoakannya dan berkata, “Ya Allah, jadikanlah ia orang yang tampil ke depan memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.”
Ia adalah salah seorang juru tulis Al-Qur’an.
Ia selalu berada di garis depan pada saat pertempuran. Ia pernah berhasil membebaskan kota ‘Arqah, Jubail, dan Beirut.
Umar bin Al-Khattab pernah menugaskannya sebagai gubernur Jordania, kemudian menjadi gubernur damaskus setelah saudaranya, Yazid, meninggal.
Ia juga pernah ditugaskan Usman bin Affan sebagai gubernur seluruh wilayah Syam.
Baca Juga: Antara Ubadah dan Muawiyah
Biografi Singkat Muawiyah bin Abi Sufyan
Pasca terbunuhnya Usman bin Affan, ia menuntut balas atas pembunuhan tersebut.
Ia menuduh Ali bin Abi Thalib berada di belakang pembunuhan Usman. Setelah itu, Ali mencopot jabatannya sebagai gubernur, tapi Mu’awiyah menolak.
Ia tetap mempertahankan kekuasaannya dan menolak membai’at Ali sebagai khalifah. Ia memerangi Ali di Shiffin. Pada akhirnya, Mu’awiyah menjalankan kekuasaannya di Syam dan Ali di Irak.
Setelah Ali terbunuh, Hasan bin Ali di-bai’at menjadi khalifah. Namun Hasan menyerahkan khilafah kepada Mu’awiyah. Karena itu, tahun 41 H disebut dengan tahun al-jama’ah (tahun rekonsiliasi umat Islam).
Mu’awiyah tinggal di Syam sebagai gubernur selama 20 tahun.
Tentang Mu’awiyah, Ibnu Abbas berkata, “Ia adalah orang yang benar-benar dalam pemahamannya terhadap ajaran agama (faqih).”
Wilayah-wilayah yang berhasil dibebaskannya terbentang sampai Samudra Atlantik, benua Afrika, pulau-pulau Yunani, dan Dardanil. Ia juga pernah mengepung Konstantinopel, baik dari arah darat maupun laut.
Ia adalah muslim pertama yang mengarungi laut Romawi untuk tujuan perang.
Baca juga: Jalan Cinta Naila Binti Al-Farafishah, Istri Pejuang Islam
Ia juga khalifah pertama yang menjadikan kota Damaskus sebagai pusat pemerintahan, mendirikan istana-istana khalifah, mengangkat pengawal khalifah dan istana, dan membuat mihrab (tempat imam) di dalam masjid.
Ia adalah khaifah pertama yang berkhutbah di Makkah dari tiga tingkat. Mimbar tersebut tetap difungsikan sampai masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid.
Pada waktu itu, Mu’awiyah berkhutbah sambil duduk.
Mu’awiyah adalah seorang khalifah yang sangat menghormati para ulama, penyair, dan sahabat nabi.
Pada masa pemerintahannya, mata uang dinar dicetak dengan cap orang Badui yang sedang menghunus pedangnya.
Sebelum meninggal, ia mewasiatkan khilafah kepada putranya, Yazid. Karenanya, ia adalah orang pertama yang menjadikan khalifah berdasarkan keturunan (secara turun temurun)
Suatu hari, ia pernah menggenggam sebuah gulungan rambut yang saat ini dikenal dengan nama wig.
Ia berpidato di Madinah dan mengatakan kepada para penduduk Madinah, “Di mana ulama kalian, wahai penduduk Madinah? Aku pernah mendengar Rasulullah melarang hal semacam ini dan bersabda,
“Bani Israil binasa tidak lain karena kaum wanita mereka menggunakan benda semacam ini.” (HR. Al-Bukhari)
Ia meriwayatkan 130 hadis dari Nabi, 13 di antaranya tercantum dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.
Ia pernah mengatakan, ‘Aku telah berambisi menjadi khalifah sejak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan kepadaku, “Jika kamu memerintahkan, maka jalankanlah dengan baik.”
Sebelum ia meninggal, ia berwasiat agar jenazahnya dikafani dengan gamis yang pernah diberikan Rasulullah kepadanya. Ia meninggal di Damaskus tahun 60 H.[ind]
(sumber: Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Pustaka Al-Kautsar)