ChanelMuslim.com – Sebagai lembaga sosial keagamaan, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah Islam (LPPDI) Thoriquna sudah bisa disejajarkan dengan banyak lembaga sejenis yang ada di Indonesia. Kiprahnya dalam berkontribusi membantu masyarakat yang terkena bencana di wilayah Indonesia sudah diakui oleh banyak pihak.
Setelah sebelumnya berbulan-bulan terjun langsung membantu korban gempa di Lombok, sekarang aktivis Thoriquna juga ikut turun berpartisipasi meringankan beban masyarakat yang terdampak bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sigi dan Donggala.
Sebagai aktivis kemanusiaan yang juga aktivis dakwah, para penggiat Thoriquna dalam membantu masyarakat yang terkena bencana sebagai bagian dari upaya mereka mengamalkan hadits nabi yang berbunyi:
خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
"Kami ada dilombok, Palu dan juga ditempat-tempat bencana lainnya karena kami ingin bisa mengamalkan hadits Rasulullah saw. Ingin berguna buat manusia lain. Tidak banyak yang bisa kami bantu tapi kami ingin berbuat dengan karya nyata yang bermanfaat buat manusia lainnya. Apalagi ketika manusia yang lainnya sedang mengalami kesulitan," ungkap pembina Thoriquna, ustaz Haris Amir Falah beberapa waktu lalu.
Bagi Haris, meskipun dengan kemampuan yang terbatas, kontribusi Thoriquna kepada sesama Muslim adalah bentuk ihtimam (perhatian) terhadap mereka yang tertimpa bencana. Bahkan kader Thoriquna sudah di Palu dan sudah aktif turun kelapangan di hari kedua bencana dengan menembus jarak ratusan kilometer menggunakan motor untuk menyalurkan bantuan logistik dari wilayah Toli-toli.
"Dengan kemampuan yang terbatas, kami ingin memberikan ihtimam yang maksimal. Bukan hanya berita-berita mereka yang kami ikuti tapi juga do’a bahkan kami turun ke lapangan untuk membantu mengurangi penderitaan mereka yang sedang tertimpa musibah," ujar aktivis Islam ini.
Thoriquna berprinsip bahwa untuk menunjukkan empati yang mendalam terhadap korban bencana khususnya di Palu, Sigi dan Donggala maka aktivis dakwah Thoriquna harus bisa merasakan langsung bagaimana perasaan korban ketika harus kehilangan banyak hal. Kehilangan harta, keluarga dan tempat tinggal. Dan tinggal di kamp-kamp pengungsian dalam waktu yang lama serta berinteraksi dengan para pengungsi merupakan bagian dari wujud konkrit empati aktivis Thoriquna. Hal ini juga menjadi pelajaran berharga buat aktivis Thoriquna agar terus bisa mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan berupa kenikmatan keselamatan dan keamanan.
Mencontoh titik kebangkitan dakwah dan jihadnya Rasulullah Saw yang dimulai dari titik hijrahnya beliau ketika tiba di Yatsrib dengan membangun masjid, gerak langkah Thoriquna juga juga berasal dari masjid. Dan dari masjid diatur segalanya.
"Karena masjid adalah merupakan tempat perwujudan bersama seluruh kaum muslimin. Kami ingin meniru kesuksesan beliau bermula dari masjid. Mengembalikan fungsi masjid sebagaimana pada awalnya. Bahwa masjid bukan hanya tempat shalat tapi masjid juga menjadi markaz pembinaan umat. Masjid menjadi tempat untuk mengatur perekonomian umat bahkan masjid adalah tempat yang ideal untuk bicara politik. Maka kami mulai dari masjid, rumah Alloh," tandas Haris.[]