USTAZ Cahyadi Takariawan menjelasan bahwa kesalehan ayah memberikan pengaruh penting bagi kehidupan anak. Secara spesifik, Allah menyebutkan frasa ayah saleh sebagai ‘syarat’ untuk melahirkan anak-anak keturunan yang saleh.
Dalam surat Al-Kahfi dikisahkan:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang ayah yang shalih” (QS. Al-Kahfi: 82).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Allah menunjukkan abuhuma, yaitu ayah, bukan ummuhuma yaitu “ibu”, ketika menyebutkan kisah dua pemuda yatim yang menjadi pewaris harta perniagaan yang tersimpan di bawah dinding rumah.
Pengaruh dan dampak dari kesalehan seorang ayah akan menyebabkan keterjagaan anak keturunannya. Bahkan bukan hanya anak langsung, namun keturunan setelahnya.
Ayah Saleh Melahirkan Keturunan yang Saleh
Baca juga: Deret Dialog Ayah dan Anak dalam Al-Qur’an
Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir bahwa yang dimaksud ” وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا ” dalam ayat tersebut adalah kakek ketujuh dari dua anak tadi. Menunjukkan betapa pengaruh kesalehan ayah berpengaruh dalam jangka panjang.
Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan:
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إِلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عَقِبِهِ وَعَقِبِ عَقِبِهِ
“Setiap mukmin yang meninggal dunia (dalam kondisi ketaatan kepada Allah), maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam).
Inilah cara ayah untuk terlibat dalam pengasuhan anak. Yaitu dengan menjaga kesalehan dirinya. Baik ketika sedang bersama keluarga, ataupun ketika sedang berada jauh dari keluarga.[Sdz]





