NAMANYA Ummu Abdin. Karena memuliakannya, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam menyebut putranya: Abdullah bin Mas’ud dengan panggilan Ibnu Ummu Abdin radhiyallahu ‘anhuma.
Ada seorang wanita mulia yang begitu dekat dengan kehidupan Rasulullah. Ia adalah Ummu Abdin binti Abduwud bin Sumay radhiyallahu ‘anha.
Selama bertahun-tahun, ia dan putranya melayani rumah tangga Rasulullah. Dari pekerjaan yang kecil hingga memperhatikan bagaimana cara Rasulullah shalat sunnah witir.
Ummu Abdin dan putranya tergolong orang yang pertama masuk Islam. Yaitu, sepuluh orang yang pertama kali masuk Islam.
Setelah suaminya wafat saat mencari nafkah di luar kota Mekah, ia tinggal bersama putranya: Abdullah bin Mas’ud. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Abdullah bin Mas’ud bekerja sebagai penggembala kambing milik saudagar Quraisy.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mempercayai keduanya. Termasuk dalam urusan hal pribadi seperti tentang keadaan dalam rumah tangga Nabi.
Ibu dan anak ini biasa berada di rumah Nabi: menyiapkan air, membersihkan dan merapikan rumah Nabi, dan lainnya. Sebegitu dekatnya, bahkan sahabat Rasulullah bernama Abu Musa Al-Asy’ari mengira kalau Ummu Abdin dan Abdullah bin Mas’ud merupakan anggota keluarga Rasulullah.
Begitu pun dengan sang putra: Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Ia selalu bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemana pun Rasulullah pergi. Ia membawakan alas duduk Rasulullah, memakaikan sandal Rasulullah dan melepaskannya ketika tiba, menyimpan sandal Rasulullah di lengan bajunya, dan seterusnya.
Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mempersilakan Abdullah bin Mas’ud untuk masuk ke kamar Nabi tanpa dipersilakan, dengan tanda tirai yang terbuka.
Ketika wafatnya, seorang sahabat Nabi mengatakan, “Tak ada orang lain yang mampu menandingi ilmunya. Ia ada bersama Nabi ketika kita tak ada bersama beliau. Ia dipersilakan masuk ke tempat rahasia Nabi ketika kita tidak diperbolehkan.”
Suatu kali, Ummu Abdin bahkan menyimak bagaimana shalat witirnya Rasulullah. Dan hal ini menjadi jalur riwayat dari putranya, Abdullah bin Mas’ud, untuk mengabarkan ke kita semua bagaimana cara Rasulullah melaksanakan shalat witir.
Di masa Khalifah Umar bin Khaththab, Abdullah bin Mas’ud dipercayakan memimpin semacam lembaga kajian dan dakwah di Irak. Murid-muridnya begitu banyak. Dan dari murid-murid beliaulah lahir begitu banyak ulama tabiin.
**
Kadang ada hikmah di balik kehidupan yang ‘minim’. Sebuah hikmah yang nilainya jauh melampaui nilai kehidupan duniawi itu sendiri.
Jangan pernah menilai sukses atau tidaknya seseorang dari apa yang ia capai dalam materi. Karena boleh jadi, orang yang kita anggap gagal itu begitu mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. [Mh]





