Namanya Sutomo. Lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920. Ia seorang pejuang, orator, jurnalis, aktivis, dan ayah untuk keluarganya.
Setelah lulus setara SD di zaman itu pada usia 12 tahun, Bung Tomo kecil tak bisa melanjutkan ke sekolah lanjutan setingkat SMP di zaman Belanda. Hal ini karena krisis dunia termasuk di Indonesia yang masih dikuasai Belanda.
Tak mau menyerah, Bung Tomo belajar secara korespondensi di Hoogere Burgerschool atau HBS. Ia lebih banyak menyerap pendidikan informal di Kepanduan Bangsa Indonesia atau KBI. Di sini Bung Tomo 17 tahun tergolong berprestasi dan menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mampu meraih peringkat Pandu Garuda.
Di usia 18 hingga 25 tahun, Bung Tomo terjun ke dunia jurnalistik. Hal ini karena bakat berbahasa yang dimilikinya. Ia bekerja di berbagai media, seperti Expres dan kantor berita Antara.
Bakatnya dalam berbahasa juga membuatnya menonjol dalam berpidato. Bisa dibilang, di masa itu, ada dua tokoh Indonesia yang jago pidato: Bung Karno dan Bung Tomo. Ia mengakui banyak belajar dari Bung Karno dalam gaya dan penampilan pidato. Bisa dibilang, ia mencontek persis Bung Karno.
Di masa-masa pergolakan bersenjata, Bung Tomo juga aktif di ketentaraan. Terutama di tahun-tahun 45 yang mengantarkan Indonesia merdeka.
Sepertinya, ada dua tugas utamanya selain di ketentaraan itu saat masa pergolakan kemerdekaan. Pertama, melakukan pendekatan dengan para ulama di Jawa Timur dan pidato itu.
Tugas pertamanya itu pula yang menjadikannya begitu dekat dengan KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdhatul Ulama. Dan dari kedekatan itu pula, ia selalu menambahkan kalimat takbir di setiap akhir pidatonya: Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Bahkan ada seorang aktivis non muslim yang merasa bingung dengan dirinya sendiri. Ia begitu mengagumi pidato Bung Tomo. Dan tanpa sadar, ia juga berteriak ‘Allahu Akbar!’. Persis seperti yang diteriakkan Bung Tomo.
Resolusi Jihad Oktober 45
Pada bulan Oktober, Presiden Sukarno mengirim telegram ke KH Hasyim Asy’ari. Isinya sebuah pertanyaan diplomatis: apa hukumnya mengangkat senjata bagi seorang muslim untuk mengusir penjajah.
Hal ini ditanyakan karena sekutu akan balik menjajah lagi setelah Jepang menyerah. Dan salah satu pintu masuk penyerbuan itu melalui Surabaya.
Di tanggal 21 dan 22 Oktober, Pak Kiyai mengumpulkan para ulama NU se-jawa dan Madura untuk membahas pertanyaan presiden itu. Akhirnya, terbitlah sebuah fatwa yang sekaligus menjadi Resolusi Jihad. Isinya, wajib setiap individu muslim untuk berperang mengusir penjajah.
Nahdhatul Ulama dan para ulama menggelorakan jihad terhadap para santri dan umat Islam. Sementara, Bung Tomo terus berpidato melalui siaran RRI untuk menggelorakan hal yang sama. Hingga bertemulah semua itu di titik 10 November 1945 yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Para ahli sejarah menyebut bahwa hari-hari di bulan November itu merupakan peperangan yang paling dahsyat dalam sejarah Republik Indonesia. Hasilnya, sekutu menarik mundur kekuatannya dan menunda serangan pada dua tahun berikutnya: 1947.
Ada sejumlah hal yang menjadi rahasia kemenangan perjuangan melawan penjajah. Pertama, kesadaran yang dibangun melalui akidah dan syariah Islam oleh para ulama saat itu, semangat yang terus diteriakkan oleh Bung Tomo dengan kata kunci: Allahu Akbar!, dan keberanian rakyat di medan tempur.
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!” teriak Bung Tomo saat itu yang diikuti oleh pasukan meski dengan senjata seadanya.
Salah satu tokoh di balik Hari Pahlawan ini wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah saat menunaikan ibadah haji.
**
Kalimat Allahu Akbar merupakan ungkapan agung yang penuh keberkahan. Kalimat ini mampu mengusir setan-setan, baik yang ada di dalam diri maupun yang di luarnya.
Seperti itulah yang dilakukan para pejuang sejak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga di zaman saat ini. Bukan hanya di satu wilayah seperti Arab saja, melainkan juga di seluruh belahan dunia.
Jika kita merasa lemah, putus semangat dalam berjuang melawan tantangan hidup: teriakkan dalam hati kita, “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Hanya Allah yang paling besar dan selainnya sangat kecil.
Insya Allah, kita akan mendapati rute jalan solusi yang diinginkan. [Mh]




