KEBURUKAN adalah sikap dan amal yang menjauh dari yang diperintahkan Allah. Setan senang dengan ‘atmosfer’ itu.
Ada seorang wanita buruk di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Wanita itu bukan orang jauh Nabi, justru sangat dekat.
Ia bernama Awra’ binti Harb bin Umayyah atau biasa disebut Ummu Jamil, istri dari Abu Lahab bin Abdul Muthalib yang juga paman Nabi. Dengan kata lain, Ummu Jamil juga bibi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ahli sejarah menyebut bahwa rumah Ummu Jamil berseberangan dengan rumah Nabi. Sangat dekat.
Dua putra Ummu Jamil: Utbah dan Utaibah juga menikah dengan dua putri Nabi: Ruqayah dan Ummu Kultsum. Jadi Nabi dan Ummu Jamil bukan hanya sebagai ponakan dan bibi, melainkan juga sebagai besan.
Lalu, apa yang buruk dari Ummu Jami?
Bisa dibilang, semua hubungan baik Ummu Jamil dan keluarga dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hancur lebur setelah Rasulullah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, di usia 40 tahun. Terlebih tiga tahun setelah itu, Nabi melakukan dakwah secara terang-terangan seperti yang diperintahkan Allah.
Dua putranya pun diminta untuk bercerai dengan dua putri Nabi. Ummu Jamil pun menghina Nabi sebagai lelaki yang kesurupan.
Suatu hari ketika wahyu tidak turun beberapa waktu, Ummu Jamil mengejek Nabi, “Setanmu sudah tidak bersamamu lagi, ya!”
Terus terang, Ummu Jamil merasa bahwa kemuliaan suaminya, Abu Lahab, menjadi direndahkan dengan kenabian ponakannya itu. Padahal, Abu Lahab memang bermental bejat yang suka mabuk-mabukan.
Di sebuah pagi, Ummu Jamil membangunkan suaminya ketika mendengar suara orang berteriak-teriak tak jauh dari rumahnya. Dengan langkah malas, Abu Lahab keluar dan mendatangi sebuah kerumunan.
Ternyata, Rasulullah sedang menyampaikan dakwah secara terang-terangan. Abu Lahab berteriak, “Jadi hanya karena ini engkau mengumpulkan kami?” Ia pun meninggalkan Nabi.
Ada satu kegiatan rutin Ummu Jamil yang hampir tak pernah luput setiap hari. Yaitu, ia selalu menebarkan duri-duri di jalan depan rumah Nabi. Ia berharap Nabi celaka dengan duri-durinya.
Bukan itu saja, ia juga menyebarkan kotoran di rumah Nabi, terutama di bagian dapur. Hal ini agar Nabi merasa tidak betah tinggal di dekat rumahnya.
Yang paling membuat Ummu Jamil ngamuk terhadap Nabi adalah ketika Allah menurunkan Surah Al-Lahab. Ketika Nabi membacakan surah itu ke orang banyak, Ummu Jamil berteriak-teriak mencari-cari Nabi. Ia mengucapkan semua perkataan buruk terhadap Nabi.
Saat itu, Nabi sedang bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu di Masjid Al-Haram. Abu Bakar sudah was-was ketika melihat Ummu Jamil berjalan menuju ke mereka. Terlihat di kedua tangan Ummu Jamil batu-batu yang siap dilemparkan.
Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan ayat ke-45 dari Surah Al-Isra. Artinya, “Dan apabila engkau (Muhammad) membaca Al-Qur’an, Kami adakan suatu hijab yang tidak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat.”
Saat tiba di hadapan Abu Bakar, Ummu Jami mengatakan, “Mana temanmu?” Padahal, Rasulullah sedang berada di samping Abu Bakar.
Ummu Jamil meninggal dunia di jalanan. Ia meninggal saat keletihan mengumpulkan duri-duri untuk mencelakai Rasulullah.
**
Di balik lelaki baik, ada wanita baik yang menginspirasi. Sebaliknya, di balik lelaki buruk ada pula wanita buruk yang menginspirasi. Kecuali, mereka yang Allah Rahmati.
Padahal, tidak ada perlakuan buruk kecuali akan kembali buruknya kepada si pelaku: dunia dan akhirat. Semoga Allah melindungi kita semua dari itu. [Mh]