SESUNGGUHNYA cara kita menyikapi kepergian Ramadan bisa kita lihat dengan cara kita melihat bagaimana kaum Muslimin menyikapi kewafatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat itu.
Usai wafatnya Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, umat Islam di Madinah mengalami kegoncangan.
Umar hadir tidak percaya atas wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sang junjungan.
Kabar berita wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar menggemparkan.
Seorang ‘Umar Radhiyallahu anhu pun sempat goyah demi mendengar kepergian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selama-lamanya.
Saat itu Umar bin Khaththab merasa shock super berat mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dikabarkan wafat.
Saking emosionalnya Umar dia berkata sambil mengacung-acungkan pedang tajamnya.
“Siapa yang mengatakan Nabi Muhammad sudah wafat, maka aku penggal kepalanya dengan pedangku ini.”
Namun, berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kisahnya sebagaimana Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan:
Dari ‘Aisyah, istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwasanya ketika Rasulullah wafat, Abu Bakr sedang berada di daerah Sunh (‘Aliyah). ‘Umar berdiri seraya berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggal. Allah Subahanhu wa Ta’ala akan membangkitkannya, dan kemudian akan memotong-motong tangan dan kaki orang-orang’.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kemudian Abu Bakr ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu datang.
Maka beliau mengucapkan hamdalah dan pujian bagi Allah Subahanhu wa Ta’ala, kemudian berseru:
أَمَّا بَعْدُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَإِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَدْ مَاتَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ الهَْ فَإِنَّ الهَْ حَيٌّ لاَ يَمُوتُ قَالَ الهُ’ تَعَالَى وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ إِلَى الشَّاكِرِينَ
“Amma ba’du. Barang siapa menyembah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sungguh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggal. Dan barang siapa yang menyembah Allah, sungguh Allah Mahahidup, tidak mati,”
kemudian beliau membacakan ayat 144 surat Ali ‘Imran:
{ وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولࣱ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ أَفَإِی۟ن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰۤ أَعۡقَـٰبِكُمۡۚ وَمَن یَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِ فَلَن یَضُرَّ ٱللَّهَ شَیۡـࣰٔاۗ وَسَیَجۡزِی ٱللَّهُ ٱلشَّـٰكِرِینَ }
Dan tidaklah Muhammad kecuali hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (Surat Ali ‘Imran: 144).
Untaian kata-kata Abu Bakr ash-Shiddiiq Radhiyallahu anhu ini mampu menenangkan keadaan, sehingga kaum Muslim pun memahami musibah besar yang sedang menimpa mereka.
Jadilah Ibaadurrahman Bukan Penyembah Ramadan
Sikap mulia Abu Bakar yang jelas dan tegas juga menjadi peneguhan keimanan agar kaum Muslimin meluruskan orientasi menjadi penyembah Allah, hamba Allah, ibaadurrahman bukan menjadi penyembah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Abu Bakar sosok yang melihat pentingnya mengembalikan semangat awal dan mendasar dalam berislam dan beribadah yakni kepada Allah, selamanya bukan hanya dibatasi oleh waktu semisal Ramadan.
Sehingga tidak heran jika Syaikh Islam Hasanain menuliskan artikel berjudul,
“Sesungguhnya hari Anda di bulan Ramadhan adalah hari-hari dimana Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu (di bulan lainnya).”
Ini berarti Abu Bakar ash Shiddiq menjadi sosok konsisten istiqomah menjaga kebaikan kapanpun dan dimanapun tanpa dibatasi oleh waktu tertentu misalnya baiknya hanya di dalam masjid dan di Makkah Madinah. Tidak.
Baca juga: Kisah Assassin, Sekte Pembunuh pada Masa Shalahudin Al Ayyubi
Kapan pun engkau tidak bosan jadi orang baik, sehingga semua pintu surga memanggil engkau wahai Abu Bakar.
Abu Bakar baik bukan hanya di bulan Ramadan namun di luar Ramadan pun menjadi teladan dalam kebaikan.
Karenanya jika kita ingin menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya maka cara Abu Bakar adalah contoh nyata.
Maka usai Ramadan semuanya bisa belajar untuk menjaga kebaikan seperti Abu Bakar meneladankan kepada kita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.”
Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu Bakar berkata, “Saya.”
Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?”
Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.”
Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.”
Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim, no. 1028).[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah