ASAL usul baju koko berawal dari pakaian tradisional Tionghoa yang dikenal sebagai tui-khim. Tui-khim adalah kemeja berlengan panjang dengan potongan sederhana dan kerah tegak (sering disebut kerah Shanghai).
Pada masa lalu, pakaian ini sering dikenakan oleh laki-laki Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Ketika gelombang migrasi etnis Tionghoa datang ke Nusantara, mereka membawa serta budaya dan pakaian khasnya.
Pakaian tui-khim lambat laun mengalami penyesuaian dengan budaya lokal. Beberapa elemen seperti motif bordir khas Tionghoa mulai digantikan dengan desain yang lebih minimalis sesuai dengan preferensi masyarakat muslim.
Baca juga: Tampilan Lebih Modis, Lima Baju yang Cocok untuk Celana Kargo
Asal Usul Baju Koko
Nama baju koko sendiri diyakini berasal dari istilah engkoh atau koko, sebutan untuk kakak laki-laki dalam dialek Hokkian.
Karena sering dikenakan oleh laki-laki Muslim Tionghoa, masyarakat lokal kemudian menyebutnya baju koko.
Seiring berjalannya waktu, baju koko mulai dikaitkan erat dengan budaya Islam di Indonesia. Modelnya yang simpel, berlengan panjang, dan nyaman, menjadikannya sering digunakan untuk acara keagamaan.
Lihat postingan ini di Instagram
Baju muslim awalnya menyerupai model baju Surjan yang merupakan baju tradisional Jawa. Artinya adalah nglungsur wontern jaja atau meluncur melalui dada. Oleh karena itu, baju Surjan ini memiliki panjang yang sama di bagian depan dan belakang.
Kemudian, ada pengaruh Tionghoa dari baju yang dipakai oleh engko-engko Tionghoa, saat mereka mendarat di Indonesia.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Untuk diketahui, kedatangan warga Tionghoa ke Indonesia pertama kali yakni awal abad ke-5 Masehi, sekitar tahun 414. Warga Tionghoa yang melakukan perjalanan ke India terdampar di Jawa, kemudian mulai berdagang.
Sementara itu, warga Tionghoa sendiri mulai meninggalkan baju model thui khim tersebut, setelah mendapat persamaan derajat dengan orang Eropa.
Usai peristiwa tersebut, warga Tionghoa lebih suka memakai baju modern ala barat. Sejak berdirinya Perhimpunan Tionghoa di Hindia Belanda pada tahun 1911, baju thui khim mulai ditinggalkan. Para laki-laki Tiongkok sudah diperbolehkan menggunakan pakaian Belanda. [Din]