FRUGAL living merupakan gaya hidup hemat. Bisa bemakna positif, bisa juga negatif.
Istilah frugal living menjadi sering terdengar. Yaitu, sebuah keadaan di mana orang hidup dengan kebutuhan dasar. Tidak berwisata, tidak ke restoran, tidak belanja kecuali yang utama.
Kenapa ada frugal living?
Sebabnya bisa dua. Pertama karena sebuah kesadaran untuk hidup berhemat untuk kesehatan finansial keluarga. Dan hal ini menjadi sangat positif.
Tapi, ada sebab yang kedua. Yaitu, orang melakukan frugal living karena keterpaksaan. Hal ini terjadi karena keadaan ekonomi bangsa sedang bermasalah: sulit mencari kerja, banyak phk, industri bangkrut, dan lainnya.
Jadi, gaya frugal living ini muncul karena dipaksa keadaan yang alami. Dengan pendapatan yang seadanya, maka pengeluaran pun harus juga seadanya. Tidak ada jalan-jalan, tidak ke restoran, tidak ada nonton ke bioskop, tidak ada ponsel dan kendaraan baru, dan lainnya.
Apa dampaknya?
Dampak frugal living secara massal memunculkan keadaan ekonomi yang deflasi. Deflasi terjadi karena permintaan barang menurun, maka harga menjadi ikutan turun atau setidaknya tetap.
Di Indonesia, deflasi terjadi saat pandemi. Kemudian, perlahan bangkit lagi. Tapi, keadaan ini kembali deflasi lagi sejak Mei 2024. Sejak Mei itu, harga-harga barang bukanya naik justru mengalami penurunan.
Hal ini bukan karena prestasi kebijakan ekonomi pemerintah. Tapi karena sedikitnya orang yang berbelanja atas dasar frugal living itu.
Jika deflasi terjadi lama, dampaknya bisa fatal untuk perekonomi bangsa. Akan banyak industri yang bangkrut, penerimaan pajak negara yang rendah, phk massal, dan lainnya.
Beda frugal living dengan pelit
Frugal living berbeda dengan sikap pelit. Frugal living muncul atas dasar kesadaran atau pun terpaksa untuk menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran keluarga. Tapi, nilai gizi, pendidikan, dan kebutuhan penting lainnya tidak hilang, hanya berkurang.
Sementara itu, pelit muncul karena penghematan yang salah. Tidak peduli apakah tentang gizi, dan hal penting lainnya, semuanya dihilangkan.
Tentu frugal living karena kesadaran sangat sejalan dengan ajaran Islam. Al-Qur’an misalnya melarang tabzir atau boros. Begitu pun ajaran sunnah Nabi yang mengutamakan kebutuhan utama, bukan aksesoris. [Mh]