DIREKTUR Jogja Family Center Sujono M. Syuhada mengatakan bahwa anak selalu rindu akan kehadiran ayah saat sharing bersama Orang Tua Murid SDIT Permata Bangsa Karangmojo, Gunungkidul, November 2024 lalu.
Mengisi pekan Hari Ayah Nasional, para Ayah berhimpun untuk belajar dan menguatkan kembali makna-makna dalam menjalani peran mengasuh buah hati.
Di tengah kini generasi muda bangsa kita mendapati kondisi yang mengkhawatirkan.
Misalnya, (1) Menurut hasil survei Indonesia-national Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, terdapat sebanyak 15,5 juta atau 1 dari 3 remaja (34,8%) Indonesia mengalami masalah kesehatan mental.
(2) Di Indonesia terjadi 2,6 juta aborsi setiap tahunnya. Sebanyak 700.000 di antaranya pelakunya adalah remaja. (BKKBN, 2023)
Dari dua kondisi luar biasa tersebut, sudah barang tentu harus dijadikan peringatan keras bagi kita para pendidik di sekolah, terlebih bagi orang tua.
Karena sejatinya peran mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua, sekolah adalah pihak yang menjadi mitra bagi kita orang tua yang umumnya memiliki banyak keterbatasan.
Baca juga: Ayah, Naikkan Aku ke Atas Pelana Kuda dan Izinkan Aku Melesat
Anak Selalu Rindu Kehadiran Ayah
Dalam banyak hasil penelitian para ahli, pengasuhan orang tua, terutama dari Ayah sangat memegang peran penting dan berpengaruh besar dalam proses pengasuhan anak.
“Keterlibatan ayah dalam kehidupan anak berkorelasi positif dengan rendahnya tingkat depresi anak.” (Dubowitz, H., dkk, 2001).
Kehadiran sebagai pemimpin dan sahabat bagi anak, menjadikan anak mendapatkan rasa aman sekaligus nyaman dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga;
Betapapun anak sedang menghadapi tantangan, baik di sekolah maupun lingkungan pergaulan.
Senada dengan penemuan tersebut, Veneziano RA, (2000) mengemukakan bahwa “secara keseluruhan kehangatan yang ditunjukkan oleh ayah akan berpengaruh besar bagi kesehatan dan kesejahteraan psikologis anak, dan meminimalkan masalah perilaku yang terjadi pada anak.”
Dalam banyak kesempatan, kita orang tua perlu waktu untuk saling menguatkan. Umumnya para ayah mengalami kesulitan untuk hadir membina kebersamaan dengan anak.
Apalagi dalam budaya masyarakat kita cenderung menempatkan perempuan yang bertanggung jawab untuk urusan internal dan “momong anak”.
Sementara laki-laki bertanggung jawab pada urusan eksternal rumah tangga.
Selain faktor budaya, anak bisa mengalami kehilangan sosok ayah karena kesibukan. Karena kesibukan bekerja dan membangun relasi di luar rumah, menjadikan ayah kesulitan terlibat dalam pengasuhan.
Orang tua yang terlau sibuk, misal berapa hari, bulan, bahkan setahun sekali baru bisa pulang, menjadikan secara teknis semakin sulit terlibat mengasuh anak.
Sementara itu, ketika waktu kembali ke rumah tidak memiliki kesungguhan untuk mengganti waktu-waktu yang hilang bersama anak.
Ketika ayah mengerti bagaimana mengasuh anak yang baik, menemukan model yang bisa ditiru dan mengilmuinya, Insya Allah betapapun banyak tantangan dan kesulitan akan menjadi lebih mudah.
Kita perlu merekayasa diri agar tak pernah berhenti belajar dan berlatih menjadi ayah sekaligus sahabat terdekat (bestie) bagi anak-anak kita.
Apalagi masa anak usia dini adalah waktu terbaik untuk menamkan nilai-nilai dan akhlak mulia.
Kelak anak memasuki usia remaja, anak anak sudah mendapati jati diri, kepribadian, dan memiliki sikap-mental yang sejalan dengan agama dan budaya bangsa Indonesia, seperti yang Imam Al Ghazali maksudkan tentang akhlak,
“ia menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Akhlak bukanlah perbuatan, kekuatan, dan ma’rifah. Akhlak adalah “haal” atau kondisi jiwa dan bentuknya bathiniah.”
Ada beberapa Langkah yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan hubungan dengan anak:
1. Bina interaksi sedekat mungkin dengan anak-anak
2. Memahami situasi dan kondisi anak-anak
3. Menciptakan saat-saat untuk selalu menyemai dan menumbuhkan nilai
4. Membangun suasana perbincangan yang positif di lingkungan keluarga
5. Kenali dan akrabi dunia anak; misal kecenderungan, pertemanan, dsb.
6. Rencanakan aktivitas bersama
7. Biasakan mengapresiasi kebaikan anak, meskipun kecil dan sederhana
8. Tunjukkan komunikasi Ayah dan Ibu yang harmonis pada anak
Anak-anak tercinta kita, semoga mendapati kita sebagai sosok Ayah yang sejuk, menghangatkan, serta menumbuhsuburkan jiwa-jiwanya. Amin.[ind]