SEPEREMPAT dari korban luka di Gaza hadapi kecacatan yang mengubah hidup.
Banyak yang memerlukan amputasi dan kebutuhan rehabilitasi besar lainnya, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Setidaknya 22.500 orang yang terluka di Gaza dalam 11 bulan sejak perang Tel Aviv meletus akan memerlukan layanan rehabilitasi sekarang dan di tahun-tahun mendatang”, kata WHO dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (12/09/2024).
“Lonjakan besar dalam kebutuhan rehabilitasi terjadi bersamaan dengan hancurnya sistem kesehatan,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah Palestina, dalam sebuah pernyataan.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, sedikitnya 41.118 orang telah tewas dalam perang Israel di wilayah kantong Palestina tersebut.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Menunjuk pada analisis terbaru tentang jenis cedera yang diakibatkan oleh konflik, badan kesehatan PBB mengatakan ribuan wanita dan anak-anak termasuk di antara mereka yang terluka parah dan banyak yang menderita lebih dari satu cedera.
Diperkirakan secara keseluruhan terdapat antara 13.455 dan 17.550 cedera anggota tubuh yang parah, yang dikatakannya merupakan pendorong utama perlunya rehabilitasi.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa antara 3.105 hingga 4.050 amputasi anggota tubuh telah terjadi.
Cedera lain yang mengubah hidup termasuk cedera tulang belakang, cedera otak traumatis, dan cedera luka bakar parah, katanya.
Seperempat dari Korban Luka di Gaza Hadapi Kecacatan yang Mengubah Hidup
Baca juga: Anak-anak di Gaza Selatan Menerima Suntikan Polio Saat Serangan Israel Terus Berlanjut
Pada saat yang sama, WHO mengatakan hanya 17 dari 36 rumah sakit di Gaza yang saat ini berfungsi sebagian, sementara layanan perawatan kesehatan primer sering ditangguhkan atau tidak dapat diakses karena ketidakamanan, serangan, dan perintah evakuasi yang berulang.
Satu-satunya pusat rekonstruksi dan rehabilitasi anggota tubuh di Gaza, yang terletak di Kompleks Medis Nasser dan didukung oleh WHO berhenti berfungsi Desember lalu karena kurangnya pasokan dan tenaga kesehatan khusus.
“Tragisnya, sebagian besar tenaga rehabilitasi di Gaza kini mengungsi,” kata pernyataan itu.
Peeperkorn mengatakan bahwa pasien tidak bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
“Layanan rehabilitasi akut sangat terganggu dan perawatan khusus untuk cedera kompleks tidak tersedia, sehingga membahayakan nyawa pasien,” katanya.
“Dukungan langsung dan jangka panjang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kebutuhan rehabilitasi yang sangat besar.”[Sdz]