APA itu provokasi dan argumentasi?
Sikap provokatif biasanya tampak pada narasi verbal atau tulisan yang mempengaruhi opini orang lain agar target provokasinya tercapai, targetnya adalah dengan narasinya orang lain diajak untuk membenci seseorang atau kelompok, bahkan bagaimana caranya agar aura kebencian itu massif dan terstruktur, mancapai hasil yang diinginkan.
Sikap provokatif tidak perlu narasi dengan rasionalisasi dan logika yang terperinci, seringkali hanya lontaran yang stigmatik, menuduh, mencaci, memaki, sumpah serapah, bahkan sampai bahasa “kebun bintang” terlontar semuanya.
Adapun sikap argumentatif ditunjukkan dengan menghadirkan sekian data dan fakta sebagi latar belakang sikap dan keputusan yang diambil, sikap argumentatif dicirikan dengan narasi penyampain yang santun, tenang, runut dan kronologis, terkait dengan sikap dan keputusan yang diambil.
Untuk memperjelas contoh antara narasi yang provokatif dan argumentatif, ada baiknya kita camkan dan kita renungkan dialog antara delegasi Quraisy Mekkah Amr bin Ash (sebelum masuk Islam) dengan Ja’far bin Abu Thalib, dimana Amr bin Ash memprovokasi Raja Najasyi agar mau mendeportasi kaum Muhajirin dari negerinya Habasyah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Amr bin Ash berkata :
أيها الملك، إنه قد ضوى إلى بلدك غلمان سفهاء، فارقوا دين قومهم، ولم يدخلوا في دينك، وجاؤوا بدين ابتدعوه، لا نعرفه نحن ولا أنت، وقد بعثنا إليك فيهم أشراف قومهم من آبائهم وأعمامهم وعشائرهم، لتردهم إليهم، فهم أعلى بهم عيناً
“Wahai Paduka Tuan Raja, sesungguhnya orang orang bodoh itu telah menyelundup ke negerimu, mereka telah meninggalkan agama kaumnya, namun mereka juga tidak akan masuk ke dalam agamamu, mereka datang membawa agama yang kami dan engkau tidak mengenalnya, dan sungguh kami telah mengirim delegasi para pembesar kaum mereka, dari bapak bapak dan paman paman serta keluarga besar mereka, agar engkau berkenan mendeportasi mereka, para pembesar kaum mereka lebih tinggi derajatnya dalam pandangan kami ketimbang mereka.”
Raja Najasyi tidak percaya begitu saja dengan narasi Amr bin Ash, beliau mempersilahkan pihak dari kaum Muhajirin untuk menyampaikan hak jawab atas segala fitnah dan tuduhan tersebut.
Baca juga: War on Media: Menguliti Proyek Hasbara Penjajah Zionis Israel
Provokasi dan Argumentasi (1)
Maka majulah Ja’far bin Abu Thalib, sebagai juru bicara kaum muslimin, dengan tenangnya dia berkata :
أيها الملك، كنا قوما أهل جاهلية، نعبد الأصنام ونأكل الميتة، ونأتي الفواحش، ونقطع الأرحام، ونسيء الجوار، ويأكل منا القوي الضعيف، فكنا على ذلك، حتى بعث الله إلينا رسولاً منا، نعرف نسبه وصدقه وأمانته وعفافه
“Wahai Paduka Tuan Raja, kami dahulu adalah kaum Jahiliyah, menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat keji, memutus persaudaran, mempersekusi tetangga, yang kuat menindas yang lemah, dan kami terus seperti itu, sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya kepada kami, yang kami kenali nasab, kejujuran, amanah dan kehormatannya.”[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah