HATI punya bahasa sendiri. Pahami maknanya, bukan tampak luarnya.
Apa yang bisa diucapkan seorang anak kecil ketika melihat ibu kucing menggendong bayinya?
Sang ibu kucing memasukkan sebagian tubuh bayinya ke mulut, dan diangkat sambil berjalan ke suatu tempat. Padahal, di mulut itu, ia berburu, dan di mulut itu pula, ia memakan buruannya.
Apa yang bisa ditafsirkan secara sederhana oleh anak kecil tentang ibu kucing yang menggendong bayinya. Mungkin, “Ih, teganya ibu kucing menggigit bayinya sendiri!”
**
Seorang pencinta ikan hias akan tak habis pikir bagaimana induk ikan memasukkan semua bayinya ke mulut saat menetas dari telur. “Tega sekali ikan, anaknya sendiri dimakan!” begitu kira-kira yang diungkapkan.
Tapi setelah dipelajari lagi, ternyata bukan itu fakta yang sebenarnya. Justru dengan memasukkan ke mulut itu, ibu ikan sedang menyediakan perlindungan untuk bayi-bayinya dari pemangsa.
**
Ada orang yang soleh berusaha untuk sabar dengan keadaan hidupnya yang terasa susah. Ia terus berzikir dan berdoa. Tapi, hidupnya tak kunjung berubah menjadi berkecukupan.
Ia terus bersabar dan berdoa, hingga akhir hayat menjemputnya untuk selamanya.
Mungkin, sebagian mereka yang tak mengenal Allah akan mengatakan, “Teganya Tuhan, orang sudah soleh tak juga dikabulkan permintaannya!”
Justru di sinilah hikmahnya. Karena Allah Maha Tahu apa yang baik dan buruk untuk hamba-hamba-Nya yang dicintai.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Allah menguji mereka…” (HR. Tirmidzi)
**
Jangan pernah buruk sangka dengan takdir Allah. Bersyukurlah ketika ada kenikmatan, dan bersabarlah ketika ada kesusahan.
Apa yang terlihat, tidak sepenuhnya benar dalam bahasa iman dan hati. Karena sesuatu yang kita benci, boleh jadi baik buat kita. Dan, yang kita sukai, padahal itu buruk untuk kita.
Tetaplah istiqamah, karena Allah subhanahu wata’ala selalu menganugerahkan yang baik untuk hamba-hamba-Nya. [Mh]