HUKUM barter dalam jual beli.
Ustadz, adik saya jualan warung di kampung dan biasanya ada tetangga yang menjual beras, atau hasil kebun untuk ditukar dengan barang lain. Yang saya tanyakan, apakah beras yang dijual itu harus ibayar dulu baru uangnya buat beli barang yang lain? Atau bolehkah langsung ditukar dengan barang lain yang seharga dengan beras yang dijual?
Pertanyaan ini telah dijawab oleh Ustadz Farid Nu’man Hasan.
Barter dalam fiqih jual beli istilahnya Muqaayadhah, itu termasuk salah satu jenis jual beli.
Hukum dasarnya boleh selama syaratnya terpenuhi seperti barangnya halal, bermanfaat, suci, tidak najis, bisa diserah terimakan, dengan harga yg jelas dan nilai yang setara.
Hal ini berdasarkan keumuman ayat:
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli ” (QS. Al Baqarah: 275).
Serta kaidah:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
والأصل في العقود والمعاملات الصحة حتى يقوم دليل على البطلان والتحريم
Hukum asal dalam berbagai perjanjian dan muamalat adalah sah sampai adanya dalil yang menunjukkan kebatilan dan keharamannya.
Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:
فالمقايضة هي بيع عرض بعرض، أي سلعة بسلعة، ويشترط في هذا البيع أن يكون كل من العرضين مباحا، طاهرا، منتفعا به، مملوكا لصاحبه، مقدورا على تسليمه للمشتري
Barter adalah jual beli antara satu aset dengan aset lain, yaitu satu barang dengan barang lain, syaratnya adalah dua belah pihak barang yang dibarterkan adalah barang yang mubah, suci, bermanfaat, dikuasai oleh pemiliknya, dan bisa diserahterimakan kepada pembelinya.
Baca juga: Hukum Membunuh Nyamuk dengan Raket Listrik
Hukum Barter Dalam Jual Beli
Banyak sekali jenis jual beli yang sudah Islam atur dan ternyata kita temui juga dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti contoh lainnya mencicipi buah sebelum membelinya.
Hal ini sering sekali dijumpai di pasar. Lalu bagaimana Islam mengaturnya?
Mencicipi sebelum membeli buah adalah bagian dari upaya membeli buah dengan hasil yang terbaik, agar tidak gharar atau tertipu oleh pedagang buah.
Jika membeli pakaian orang akan memeriksa bahan, jahitan, kenyamanan, dan ukuran di badan dengan dipakai dulu.
Itu jika beli pakaian, ada pun beli buah tentu ada caranya sendiri tidak cukup lihat-lihat dan pegang-pegang.
Inilah hakikatnya, menghindari gharar dan zhulm. Ditambah lagi ini terjadi biasanya atas ridha penjualnya.[Sdz]