KESUNGGUHAN optimistik ibunda Hajar. Dari sini revolusi peradaban itu dimulai.
Area lintasan sa’i Sofa Marwah cukup megah, luas, terang, sejuk.
Lantainya marmer dingin, kualitas top. Jelas jalur Sa’i itu mulus, rata tanpa halang rintang lubang, gundukan batu atau tanah.
Kiri kanannya dipasang blower besar. Lintasan itu walau dijejali ratusan ribu jama’ah haji, yang keluar masuk secara bergantian, tetap nyaman untuk para jama’ah melaksanakan rangkaian rukun umroh itu.
Syari’at sa’i, Allah tetapkan sebagai bagian dari prosesi ibadah haji yang telah berlangsung 1440 tahun (jika ditarik dari mulai disyari’atkannya Haji, tahun 6 Hijriyah).
Entah sudah berapa ratus juta muslim sedunia menapaki areal bersejarah itu.
Dan entah sudah berapa milyar manusia yang telah mendapatkan guyuran berkah dahsyat dari sa’i bunda Hajar.
Sumur Zamzam yang tak pernah kering itu, adalah buah dari ikhtiar bunda perkasa Hajar, sebagai hadiah dari langit. Titik lokasi sumber airnya ada di sekitar areal itu (dekat Ka’bah).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Sosok Hajar, menjadi sosok ikonik di balik kemegahan syari’at sa’i yang denyut berkahnya telah mengubah peradaban gelap manusia menjadi peradaban cahaya gemilang dan punya arah pasti.
Hajar sempat tersentak, saat suaminya, Ibrahim, mengatakan ia akan ditinggalkan di padang pasir gersang bebatuan itu sendirian.
Mungkin saat itu, Hajar berpikir, “Suamiku kok tega-teganya ya, meninggalkan aku sendirian dengan seorang bayi masih merah di tempat gersang tak berpenghuni satu orang pun. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Fasilitas alam sekitar juga tak mendukung. Mungkinkah aku dan bayi Ismail bisa bertahan?”
Jika saja ilusi logika amat wajar mendominasi jiwa dan perasaan Hajar saat itu, kita dan milyaran muslim dunia saat ini mungkin tak akan bisa menyaksikan dan menikmati legasi super dahsyat dua hamba super taat itu.
Logika itu, ternyata tidak mampu mengalahkan kepasrahan total Bunda Hajar pada zat Maha Pemelihara alam semesta Allah ‘Azza wa Jalla.
Coba kita simak isi dialog Hajar dengan Ibrahim, saat ia bertanya pada suaminya.
“Apakah ini perintah Allah?”
“Ya,” jawab Ibrahim dengan suara tercekat.
Tanpa menoleh kepada isteri dan anaknya, Ibrahim terus menjauh. Ia mungkin tak tega meninggalkan dua makhluk tak berdaya itu sendirian di tempat asing nan gersang.
Baca juga: Air yang Gemericik tapi Terkumpul, Itulah Air ZamZam
Kesungguhan Optimistik Ibunda Hajar
“Jika ini perintah Allah, aku percaya Dia akan memelihara kami.”
Ibrahim terus menjauh, sampai Hajar tak lagi melihat sosok suaminya. Hingga tetiba ia dikagetkan suara tangis Ismail, cukup keras. Spontan ia berlari ke bayi Ismail. Tapi ia tersadar, ia tak dibekali apapun oleh suaminya.
Ia berlari ke bukit Sofa. Tapi ia tak melihat apapun yang bisa dibawa untuk mendiamkan tangis keras Ismail.
Ia turuni bukit batu dan berkerikil tajam itu. Ia berlari menuju bukit Marwah yang jalannya bergelombang dan penuh bebatuan tajam.
Bolak balik dari Sofa ke Marwah beberapa kali.
Tapi ia tak melihat ada tanda-tanda ia akan mendapatkan sesuatu yang diharapkan.
Padahal bayi Ismail makin keras tangisnya. Dan kaki Hajar pun mulai berdarah, karena terantuk bebatuan tajam.
Tapi Hajar tak peduli. Ia terus berikhtiar bolak balik Sofa Marwah. Hingga pada ayunan langkah yang entah ke berapa ratus kali, ia tak mendengar tangis Ismail
Hati Hajar seperti diguncang gempa. Dadanya bergejolak. Apakah Ismail telah menghembuskan nafas terakhirnya?
Dengan nafas tersengal-sengal jatuh bangun, ia memburu ke arah Ismail.
Setelah mendekat, Hajar sangat terperanjat. Ia saksikan bayi Ismail sedang tertawa riang bermain dengan air jernih di ujung kakinya.
Sembari menendang-nendangkan terus kaki mungilnya, Ismail bercanda dengan pancaran air yang terus membesar.
“Zamzim Zamzim!” (bahasa Ibrani yang kurang lebih artinya kumpul kumpul wahai air).
Hajar seperti anak kecil, ikut bercanda riang dengan air yang terus memancar dari pasir yang dijejak-jejakkan kaki mungil Ismail.
Air itu terus memancar hingga ribuan tahun sampai dengan sekarang, tanpa pernah kering.
Dari ucapan Zamzim Hajar, sumber air fenomenal itu akhirnya dinamakan Sumur Zamzam.
Jangan tanya soal khasiat Zamzam. Para ahli kesehatan sedunia sepakat, bahwa air Zamzam adalah air ajaib yang memiliki kandungan mineral paling sempurna.
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]