BADAN PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan sekitar 110.000 orang telah meninggalkan Rafah demi keselamatan.
“Ketika pemboman Pasukan Israel meningkat di Rafah, pengungsian paksa terus berlanjut,” kata UNRWA pada X.
“Tidak ada tempat yang aman di Gaza dan kondisi kehidupan sangat buruk,” katanya, seraya menambahkan, “Satu-satunya harapan adalah gencatan senjata segera.”
Dilansir dari trtworld, pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan warga Palestina untuk bergerak menuju wilayah kemanusiaan yang diperluas yang membentang dari dekat al-Mawasi hingga Khan Younis dan Deir al-Balah.
Mereka mengklaim akan tersedia rumah sakit lapangan, tenda, dan persediaan bantuan tambahan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Namun, pejabat Palestina dan PBB menyatakan bahwa wilayah tersebut padat penduduk, kekurangan layanan penting, dan hancur akibat konflik baru-baru ini.
Pada hari Senin (06/05/2024), pasukan Israel mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga Palestina di Rafah timur, sebuah langkah yang secara luas dipandang sebagai awal dari serangan Israel yang telah lama dikhawatirkan terhadap kota tersebut, yang merupakan rumah bagi sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina.
Sehari kemudian, pasukan Israel melakukan kontrol khusus terhadap penyeberangan perbatasan Rafah, yang menghubungkan Gaza dan Mesir, menutupnya untuk semua lalu lintas.
Baca juga: Dokter Amerika yang Bertugas di Gaza: Israel Menargetkan Anak-anak
Hampir 110 Ribu Orang Meninggalkan Rafah ke Daerah-daerah dengan Kondisi yang Memprihatinkan
Sementara itu, bahan bakar tidak tersedia disana.
Kantor kemanusiaan PBB memperingatkan bahwa jika pasokan bahan bakar tidak segera dilanjutkan maka hal itu akan berdampak pada semua sektor penting kehidupan di Gaza.
“Operasi kemanusiaan tidak dapat berjalan tanpa bahan bakar. Kecuali pasokan bahan bakar segera dilanjutkan, kegiatan kemanusiaan, komunikasi, dan perbankan akan terhenti dalam beberapa hari,” Georgios Petropoulos, kepala sub-kantor Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) di Gaza, katanya pada pengarahan PBB di Jenewa.
“Perlindungan warga sipil, aset kemanusiaan, dan pasokan dengan jaminan dari semua pihak yang terlibat konflik tetap menjadi perhatian utama,” tambah Petropoulos.
Ketersediaan bahan bakar saat ini akan memungkinkan penyedia layanan komunikasi untuk terus beroperasi selama 24 jam berikutnya, setelah itu gangguan jaringan akan dimulai, tegasnya.[Sdz]